Kamis 21 Jul 2022 19:13 WIB

Cara Bantu Anak Kejar Ketertinggalan Perkembangan Sosial Emosional dan Motoriknya

Ketika pandemi mereda, anak butuh beradaptasi secara sosial emosional.

Anak-anak bermain bola di Taman Sempur, Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (9/7/2022). Ada beberapa cara untuk membantu anak agar mampu menghadapi masa transisi dan mengejar ketertinggalan dari aspek sosial emosional dan motorik
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Anak-anak bermain bola di Taman Sempur, Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (9/7/2022). Ada beberapa cara untuk membantu anak agar mampu menghadapi masa transisi dan mengejar ketertinggalan dari aspek sosial emosional dan motorik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog Keluarga dari Rumah Dandelion Nadya Pramesrani mengingatkan orang tua untuk peka terhadap perkembangan sosial emosional anak, terutama di masa transisi menuju pasca pandemi COVID-19. Hal itu penting demi memastikan buah hati mampu beradaptasi saat kembali bersosialisasi dengan orang di sekitarnya.

"Yang perlu dilakukan ketika kita sudah di masa transisi ini adalah peka dulu terhadap kondisi anak. Secara umum kan (selama pandemi) banyak anak yang mengalami keterlambatan di aspek sosial emosional dan motorik," kata Nadya saat virtual media gathering, Kamis (21/7/2022).

Baca Juga

Menurut Nadya, kepekaan orang tua sangat penting agar dapat mengetahui tindakan atau stimulasi kreatif yang tepat untuk memecahkan masalah yang dialami anak. Nadya memaparkan, beberapa masalah yang sering ditemui pada anak-anak di masa transisi di antaranya sulit lepas dari orang tua, takut bertemu orang baru atau anggota keluarga yang lama tidak ditemui, penurunan aktivitas fisik yang disertai peningkatan screen time, perilaku dan suasana hati yang memburuk, hiperaktif, dan kurang fokus.

Nadya menjelaskan, ada beberapa cara untuk membantu anak agar mampu menghadapi masa transisi dan mengejar ketertinggalan dari aspek sosial emosional dan motorik. Pertama, dengan memberikan asupan nutrisi yang tepat dan memadai.

"Ketika anak mulai keluar rumah, dari mulai ketemu sama banyak orang dari yang tadinya kurang beraktivitas fisik, itu dapat membuat anak-anak jadi rentan sakit," jelas Nadya.

"Karena dari yang tadinya di rumah aja kemudian ke luar rumah kan paparan mereka terhadap virus jadi lebih banyak atau lebih gampang capek. Jadi, yang harus dilakukan adalah pemberian nutrisi yang tepat," tuturnya.

Kedua, Nadya mengatakan penting untuk menetapkan struktur dan rutinitas baru sesuai dengan perubahan yang terjadi. Ini dilakukan agar anak merasa aman saat melakukan aktivitas baru dan mempermudah mereka dalam beradaptasi.

"Buat anak, ketika terjadi perubahan, sebenarnya yang dia rasakan adalah ancaman karena dia tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Makanya, memberikan rutinitas dan struktur keseharian yang baru dibutuhkan agar dia merasa aman dan ketika berinteraksi dengan orang lain mereka nyaman," ujar Nadya.

Ketiga, berikan stimulasi kreatif di rumah, misalnya melalui kegiatan bermain yang menyenangkan, terstruktur, dan bertujuan. Keempat, berikan kesempatan agar anak dapat bergerak aktif sehingga dia dapat tumbuh sehat dan berani. Nadya mengatakan bahwa bagi anak di bawah usia lima tahun, kebutuhan mereka untuk bergerak aktif adalah 300 menit per hari.

"Karena di masa pandemi terjadi penurunan kesempatan untuk bergerak aktif, maka sekaranglah waktunya, mesti kita atasi," kata Nadya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement