Kamis 21 Jul 2022 05:45 WIB

Sekolah di Yogyakarta Ajari Penyandang Tunarungu Baca Alquran dengan Bahasa Isyarat

Sekolah Islam di dekat Yogyakarta ajari penyandang tunarunggu baca Alquran.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Sejumlah siswa penyandang disabilitas rungu wicara membaca Alquran menggunakan bahasa isyarat saat Pesantren Kilat Ramadhan di Pusat Pelayanan Sosial Griya Harapan Difabel Dinsos Jabar, Jalan Jend H Amir Machmud, Kota Cimahi, Rabu (13/4/2022). Pesantren Ramadhan yang diikuti oleh sedikitnya 80 siswa penyandang disabilitas tersebut dalam rangka mengisi waktu luang di bulan Ramadhan dengan memperdalam ilmu agama dengan membaca Alquran, ibadah, dan hafalan doa. Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Sejumlah siswa penyandang disabilitas rungu wicara membaca Alquran menggunakan bahasa isyarat saat Pesantren Kilat Ramadhan di Pusat Pelayanan Sosial Griya Harapan Difabel Dinsos Jabar, Jalan Jend H Amir Machmud, Kota Cimahi, Rabu (13/4/2022). Pesantren Ramadhan yang diikuti oleh sedikitnya 80 siswa penyandang disabilitas tersebut dalam rangka mengisi waktu luang di bulan Ramadhan dengan memperdalam ilmu agama dengan membaca Alquran, ibadah, dan hafalan doa. Foto: Republika/Abdan Syakura

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekolah Islam di dekat Yogyakarta mengajar anak-anak dan para pemuda penyandang tunarungu untuk membaca Alquran dengan menggunakan bahasa isyarat. Hal ini, seperti dilansir Deutsche Welle, adalah pertama kalinya mereka diberi kesempatan seperti itu.

Dalam laporan Reuters dijelaskan, pendirian sekolah tersebut tak lepas dari upaya Ustadz Abdul Kahfi untuk membantu mereka agar bisa belajar dan membaca Alquran dengan bahasa isyarat. Dia prihatin karena banyak siswa tunarungu di daerahnya yang melewatkan pendidikan agama.

Baca Juga

Sekolah tersebut bernama Darul A'shom dan telah dibuka pada 2019 di kota Yogyakarta Jawa Tengah. Sekolah itu sekarang memiliki 12 staf dan mengajar 115 siswa berusia antara tujuh dan 28 tahun dari seluruh negara mayoritas Muslim terbesar di dunia.

Ustadz Abdul berharap sekolah ini akan memudahkan generasi penerus untuk belajar tentang Islam. Dia memaparkan, saat ini orang dewasa dengan gangguan pendengaran hampir tidak mengetahui agama secara mendalam. "Karena sejak usia sekolah mereka tidak pernah mempelajarinya," kata Ustadz Abdul, seraya menyampaikan bahwa minat terhadap sekolahnya telah menyebar dengan cepat.

Di Indonesia, kurikulum di sekolah umum memberikan pengajaran agama yang terbatas kepada anak-anak berkebutuhan khusus. Hanya tiga dari 10 anak penyandang disabilitas di Indonesia yang dapat bersekolah, menurut survei yang dilakukan oleh badan anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF).

Siswa penyandang tunarungu biasanya membutuhkan waktu sekitar lima tahun untuk belajar membaca dan menghafal Alquran di sekolah. "Sekarang saya bisa membaca dan menghafal 30 juz (bagian) Alquran," kata Muhammad Farhad, siswa berusia 10 tahun, yang bercita-cita ingin menjadi ustadz agar bisa menularkan ilmunya kepada orang lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement