Rabu 20 Jul 2022 15:59 WIB

Aliran Air Baku PDAM Kota Bogor Tersumbat Sampah

Aliran air baku PDAM Kota Bogor tersumbat sampah selama musim hujan.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Bilal Ramadhan
Petugas mengawasi pengolahan air bersih di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor, Palasari, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Aliran air baku PDAM Kota Bogor tersumbat sampah selama musim hujan.
Foto: ANTARA FOTO/Arif Firmansyah
Petugas mengawasi pengolahan air bersih di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor, Palasari, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Aliran air baku PDAM Kota Bogor tersumbat sampah selama musim hujan.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor melakukan bebersih atau membersihkan sungai, dengan menyusuri Sungai Cisadane sepanjang 11 kilometer. Kegiatan tersebut dilakukan lantaran sampah yang menutup saluran milik Perumda Tirta Pakuan, sehingga menghambat aliran air baku ke IPA.

Direktur Utama Perumda Tirta Pakuan, Rino Indira Gusniawan, mengatakan 80 persen air baku Perumda Tirta Pakuan berasal dari Sungai Cisadane. Sehingga jika kondisi sungai memburuk, produksi air minum juga akan terhambat.

Baca Juga

“Biasanya terhambat itu di musim hujan seperti ini karena sampah yang menutup saluran kita sehingga menghambat aliran air baku ke IPA kita. Itu dasar kita melakukan pembersihan,” kata Rino kepada Republika, Rabu (20/7/2022).

Di samping itu, kata dia, dalam susur sungai yang dilakukan bersama sejumlah komunitas, DPRD Kota Bogor, Kodim 0606 Kota Bogor, dan Korem 061 Suryakencana sejumlah perahu tersangkut oleh sedimen. Diperkirakan, sedimen yang ada sudah meninggi.

Lebih lanjut, Rino memaparkan, dari sisi kerugian Perumda Tirta Pakuan hanya bisa memproduksi setengah dari kapasitas yang seharusnya. Karena setengahnya terpengaruh oleh sedimentasi air baku yang memburuk.

“Biasanya 1800 liter per detik, kita cuma bisa produksi sekitar 900 liter per detik. Nah itu biaya dan segala macam cost-nya sangat tinggi,” ujarnya.

Tak hanya itu, ia mengungkapkan, kerugian yang tertinggi adalah masyarakat tidak bisa menikmati layanan Perumda Tirta Pakuan secara normal. Akibat sampah rumah tangga yang ditemukan saat susur sungai pada Rabu (20/7) pagi hingga siang.

“Ada yang buang sofa tiga seat, dibuang di pinggir sungai. Dominasi sampah rumah tangga. Ranting ranting karena sekitar bantaran banyak ranting, tapi kebanyakan sampah plastik, popok, minuman kemasan,” jelas Rino.

Selain membersihkan sungai, kata Rino, dilakukan juga reboisasi dan pembuatan sumur resapan yang dilakukan bersama CSR untuk mempertahankan debit air Perumda Tirta Pakuan.

“Di perjalanan juga banyak potensi wisata, tapi yang mencengangkan sampahnya banyak. Jadi kalau kita mau me-utilitize Sungai Cisadane, masyarakat, pemerintah dan para perusahaan melakukan pembersihan sampah,” tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement