Rabu 20 Jul 2022 09:52 WIB

Kemenkeu: Minat Investor Lelang Membaik di Tengah Sikap Wait and See

Perbaikan lelang SUN terlihat rasio penawaran terhadap nilai yang dimenangkan.

Rep: Novita Intan / Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Lelang Surat Utang Negara (SUN). Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan mengungkapkan minat investor lelang Surat Utang Negara (SUN) membaik di tengah sikap wait and see investor. Adapun perbaikan tersebut tercermin dari meningkatnya penawaran masuk dari lelang sebelumnya sebesar Rp 25,98 triliun menjadi Rp 29,46 triliun, yang secara bid to cover ratio alias rasio penawaran yang masuk terhadap nilai yang dimenangkan meningkat menjadi 2,48 kali dibanding sebelumnya 1,88 kali.
Foto: Tim Infografis Republika.co.id
Lelang Surat Utang Negara (SUN). Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan mengungkapkan minat investor lelang Surat Utang Negara (SUN) membaik di tengah sikap wait and see investor. Adapun perbaikan tersebut tercermin dari meningkatnya penawaran masuk dari lelang sebelumnya sebesar Rp 25,98 triliun menjadi Rp 29,46 triliun, yang secara bid to cover ratio alias rasio penawaran yang masuk terhadap nilai yang dimenangkan meningkat menjadi 2,48 kali dibanding sebelumnya 1,88 kali.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan mengungkapkan minat investor lelang Surat Utang Negara (SUN) membaik di tengah sikap wait and see investor. 

Adapun perbaikan tersebut tercermin dari meningkatnya penawaran masuk dari lelang sebelumnya sebesar Rp 25,98 triliun menjadi Rp 29,46 triliun, yang secara bid to cover ratio alias rasio penawaran yang masuk terhadap nilai yang dimenangkan meningkat menjadi 2,48 kali dibanding sebelumnya 1,88 kali.

Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Deni Ridwan mengatakan pemerintah memutuskan untuk memenangkan permintaan sebesar Rp 11,87 triliun dari lelang kali ini, dengan mempertimbangkan imbal hasil atau yield surat berharga negara (SBN) yang wajar di pasar sekunder dan rencana kebutuhan pembiayaan pada 2022.

Adapun kondisi pasar keuangan domestik saat ini diwarnai sikap wait and see investor menunggu hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada pekan ini, serta keputusan dalam pertemuan Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed di akhir Juli 2022.

Meningkatnya inflasi AS di bulan Juni pada level 9,1 persen merupakan level tertinggi sejak November 1981, sehingga mendorong kekhawatiran investor bahwa Otoritas Moneter AS akan lebih agresif untuk melakukan pengetatan kebijakan moneternya.

“Dalam lelang SUN kali ini, seri benchmark dengan tenor 5 dan 10 tahun kembali mendominasi permintaan investor, yang mencapai 68,06 persen dari total penawaran masuk dan 86,77 persen dari total penawaran yang diberikan,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (20/7/2022).

Menurutnya penawaran masuk terbesar masih tercatat pada tenor 10 tahun senilai Rp 15,29 triliun atau 51,91 persen dari total penawaran masuk dan dimenangkan sebesar Rp 6,35 triliun atau 53,5 persen dari total penawaran yang diberikan.

Adapun partisipasi investor asing pada lelang kali ini sebesar Rp 4,76 triliun atau 16,17 persen dari total penawaran masuk, meningkat dari lelang sebelumnya sebanyak Rp 3,57 triliun, dengan mayoritas pada tenor lima dan 10 tahun. Penawaran masuk tersebut dimenangkan senilai Rp 1,57 triliun atau 32,86 persen dari total penawaran masuk.

 Secara umum, level imbal hasil rata-rata tertimbang yang dimenangkan (WAY) pada lelang SUN mengikuti kondisi pasar yang masih cenderung risk-off lantaran terpengaruh kondisi normalisasi suku bunga global, sehingga level WAY naik tiga basis poin (bps) sampai dengan 10 bps dibandingkan level pasar penutupan hari sebelumnya.

Sesuai dengan kalender penerbitan SBN pada 2022, lelang penerbitan SUN selanjutnya akan dilaksanakan pada 2 Agustus 2022.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement