Senin 18 Jul 2022 14:37 WIB

Studi: Paxlovid tidak Dibutuhkan Bagi Pasien Covid-19 Gejala Ringan

Paxlovid Pfizer dibutuhkan pasien Covid-19 dengan gejala berat dan berisiko tinggi.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Nora Azizah
Obat antiviral perawatan pasien COVID-19 Paxlovid produksi Pfizer.
Foto: Pfizer via AP
Obat antiviral perawatan pasien COVID-19 Paxlovid produksi Pfizer.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pil pengobatan antivirus Covid 19 milik Pfizer, Paxlovid, terbukti bahwa tidak dibutuhkan bagi individu yang sudah menjalani vaksinasi Covid-19 atau dengan gejala ringan Covid-19. Para peneliti menganalisis 721 orang dewasa yang divaksinasi dengan setidaknya satu faktor risiko untuk Covid.

Mereka menemukan bahwa ada pengurangan risiko bagi pasien rawat inap ketika diobati dengan pil antivirus. Namun, para ahli memastikan hasilnya mempertahankan penggunaan Paxlovid dapat secara signifikan mengurangi gejala parah Covid untuk pasien berisiko tinggi yang memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya.

Baca Juga

"Paxlovid adalah sesuatu yang ditargetkan untuk individu berisiko tinggi, jadi fakta bahwa tidak memiliki manfaat bagi individu berisiko rendah, tidak mengejutkan bagi saya," jelas spesialis penyakit menular di Johns Hopkins University Center for Health Security, Dr Amesh Adalja, seperti dilansir dari laman People, Senin (18/7/2022).

CEO Pfizer, Albert Bourla menambahkan, dengan 40 sampai 50 persen orang di seluruh dunia diperkirakan berisiko tinggi, mereka yakin masih ada kebutuhan signifikan yang belum terpenuhi untuk pilihan pengobatan untuk membantu memerangi penyakit ini. "Kami akan terus memprioritaskan upaya untuk memajukan pengembangan Paxlovid," ujarnya.

Data baru muncul satu minggu setelah Food and Drug Administration (FDA) merevisi otorisasi penggunaan darurat untuk Paxlovid, yang memungkinkan apoteker di seluruh Amerika Serikat untuk meresepkan pengobatan Covid kepada pasien yang memenuhi syarat.

Individu yang dites positif Covid dan ingin menentukan kelayakan mereka untuk menggunakan Paxlovid dapat membawa daftar obat-obatan dan catatan kesehatan mereka saat ini yang merinci masalah ginjal atau hati ke apoteker mereka untuk ditinjau. 'Pasien dengan penurunan fungsi ginjal mungkin memerlukan dosis Paxlovid yang lebih rendah," ujar Dr Patrizia Cavazzoni, direktur Pusat Evaluasi dan Penelitian Obat FDA.

Karena Paxlovid harus diminum dalam waktu lima hari setelah gejala dimulai, mengizinkan apoteker berlisensi negara untuk meresepkan Paxlovid dapat memperluas akses ke perawatan tepat waktu untuk beberapa pasien yang memenuhi syarat untuk menerima obat ini untuk pengobatan Covid 19.

"Kembali pada bulan April, Administrasi Biden mengumumkan rencana agar Paxlovid dibuat tersedia secara luas," kata Dr Ashish Jha.

"Paxlovid sangat efektif dalam mencegah hasil yang buruk. Kami menyebarkannya kepada orang-orang Amerika," lanjut Jha.

FDA pertama kali memberikan otorisasi penggunaan darurat Paxlovid pada November 2021 untuk digunakan pada pasien berusia 12 tahun atau lebih yang berisiko tinggi mengembangkan COVID-19 parah karena kondisi medis yang mendasarinya.Setiap paket Paxlovid berisi 30 tablet yang diminum selama lima hari. Menurut Yale Medicine , pil tersebut efektif melawan varian omicron COVID-19 yang sangat menular.

Spesialis penyakit menular Yale Medicine, Scott Roberts, percaya pil itu menunjukkan manfaat yang jelas. "Saya pikir ini adalah awal dari sebuah game-changer," kata Roberts.

"Ini benar-benar pil antivirus oral pertama kami yang manjur untuk virus ini. Ini menunjukkan manfaat yang jelas, dan itu benar-benar dapat mencegah rawat inap dan kematian pada orang yang berisiko tinggi," lanjut Roberts.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement