Senin 18 Jul 2022 11:39 WIB

Wanita Ini Kenang Naik Haji dengan Kapal, Jenazah Dikubur di Laut

Jenazah jamaah haji pada masa lalu dikubur di laut.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Wanita Ini Kenang Naik Haji dengan Kapal, Jenazah Dikubur di Laut
Foto: Bernama
Wanita Ini Kenang Naik Haji dengan Kapal, Jenazah Dikubur di Laut

IHRAM.CO.ID,MAKKAH -- Seorang wanita asal Malaysia, Che Saodah Abdul Hamid (76 tahun) mengenang perjalanan haji pertamanya ke tanah suci Makkah menggunakan kapal sekitar 60 tahun yang lalu. Usianya saat itu masih 17 tahun ketika berangkat haji bersama kakek dan neneknya. 

Saodah dan kakek-neneknya saat itu melakukan perjalanan 14 hari dengan kapal dari Pelabuhan Penang. Dia masih ingat dengan jelas saat menyaksikan dua kematian di atas kapal.

Baca Juga

Dalam sebuah wawancara, Saodah mengatakan, pemimpin rombongan haji pada masa itu dikenal sebagai "Syekh", yang bertanggung jawab untuk membawa jamaah dari Malaysia ke Tanah Suci untuk menunaikan rukun Islam yang kelima. 

"Kami berkumpul di rumahnya dulu untuk istirahat sebelum naik kapal," ujar Saodah dikutip dari laman Bernama, Senin (18/7/2022). 

Sebuah dokumen, "Pas Haji Ke Makkah 1963", mengidentifikasi "Syekh" sebagai Tajuddin Amin, orang yang ditugaskan untuk urusan haji di Malaya dan Singapura pada saat itu.

Menurut Saodah, kakek danneneknya membawanya dalam perjalanan setelah menabung cukup banyak untuk menunaikan ibadah haji.

“Kakek-nenek saya petani padi dan mereka menabung di rumah. Waktu itu uang disimpan di bawah bantal dan kasur. Jadi setelah mereka cukup menabung, mereka menunjukkan uang itu kepada kepala desa," ucap Saodah.

"Uang itu diserahkan ke dewan haji. Setelah beberapa waktu, dewan menyuruh kami untuk mendapatkan vaksinasi yang diperlukan dan meminta paspor kami. Kami disuruh mengikuti Syekh seperti yang tercantum dalam kartu haji," jelas Saodah. 

Saodah mengatakan, para jamaah masa itu masih banyak yang membawa makanan seperti nasi, daging kering, ikan teri dan telur asin, serta piring dan cangkir logam, bersama dengan peralatan memasak seperti kompor minyak tanah.

Dia mengatakan ada sekitar 200 jamaah di atas kapal dan mereka dibagi menjadi kategori A, B dan C sesuai dengan harga tiketnya.

“Kakek saya dan saya masuk kategori C berdasarkan harga tiket kami, yaitu RM1.500 per orang. Tempat kami berada di dek bawah. Kadang-kadang ketika ombak kuat, kami terciprat air laut," ujarnya. 

Setelah seminggu berlayar, Saodah dan para jamaah lainnya diberitahu oleh kapten kapal melalui pengeras suara tentang kematian seorang pria di dek atas. "Pada minggu kedua, ada kematian lagi ketika seorang pria jatuh dari tangga. Saya melihat orang itu sedang bersiap-siap untuk dibuang ke laut ketika saya membawa Tok Wan (nenek) ke dek atas karena dia merasa pusing," kata Saodah. 

Dia mengatakan tubuh itu dibungkus dengan kain putih dan memiliki beban yang terikat padanya. "Beberapa doa dibacakan, dan tubuh diturunkan ke laut. Saat itu, kapal berlayar dengan kecepatan rendah. Begitu tubuh dimasukkan ke dalam air, kapal melaju lagi," jelasnya. 

Dia mengatakan kapal tersebut berlabuh selama dua hari di Teluk Aden di selatan jazirah Arab, sebelum melanjutkan perjalanan ke Jeddah. Selama waktu itu, menurut Saodah, para jamaah diminta untuk memasak makanan mereka sendiri. Mereka juga diizinkan untuk mengambil persediaan makanan mereka, yang telah disimpan di gudang.

Setibanya di Jeddah, para jamaah kemudian harus menunggu dua hari lagi sebelum seorang pria Arab, yang dikenal sebagai Muhammad Mukminah, membawa mereka ke Makkah.

Sumber:

https://www.bernama.com/en/general/news.php?id=2100704

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement