Senin 18 Jul 2022 06:51 WIB

Andi Mallarangeng: Taufiq Kiemas Bisa Jadi Ketua MPR karena Dukungan Demokrat

Keputusan memilih Taufiq Kiemas jadi ketua MPR didorong oleh semangat rekonsiliasi.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Agus Yulianto
Andi Malarangeng
Foto: Republika/ Wihdan
Andi Malarangeng

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat, Andi Mallarangeng, menganggap, Partai Demokrat memiliki peran dalam mengangkat Taufiq Kiemas menjadi Ketua MPR  periode 2009-2013. Andi mengatakan, tanpa dukungan Partai Demokrat, Taufiq tidak menjabat Ketua MPR. 

Hal itu disampaikan Andi menanggapi soal pernyataan elite PDIP yang mengaku sulit berkoalisi dengan Partai Demokrat. "Dulu juga kita kerja sama dengan PDIP, Pak Taufiq Kiemas bisa menjadi ketua MPR, itu dengan dukungan Demokrat," ujarnya. 

Baca Juga

Andi melanjutkan, ketika itu, Partai Demokrat pemilik kursi terbanyak dengan jumlah 148 kursi. Dia mengatakan, keputusan memilih Taufiq Kiemas untuk menjadi ketua MPR didorong oleh semangat rekonsiliasi.

"Kalau kami tidak setuju dan tidak berkehendak PAK TK jadi ketua MPR, nggak jadi barang itu," ucapnya.

 

Andi mengatakan, Partai Demokrat tak mempersoalkan jika PDIP enggan berkoalisi dengan partai berlambang mercy tersebut. Namun, dia memastikan, Partai Demokrat terbuka berkoalisi dengan partai manapun, termasuk PDIP.

"Kalau kita pasti terbuka dengan silaturahim, termasuk dengan PDIP, bahwa kita juga bekerja sama kok, ikut usung Ganjar, Demokrat juga ikut usung kerja sama kita menyusun Pak Ganjar menjadi gubernur di Jawa Tengah," tuturnya. 

Sebelumnya Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP, Hasto Kristiyanto, menanggapi soal peluang PDIP bekerja sama dengan Partai Demokrat. Menurutnya, tidak mudah PDIP menjalin kerja sama dengan Partai Demokrat.

"Kalau saya pribadi sebagai sekjen memang tidak mudah untuk bekerja sama dengan Partai Demokrat karena dalam berbagai dinamika politik menunjukan hal itu," kata Hasto di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, Kamis (23/6/2022) lalu.

Hasto menuturkan, untuk membangun kerja sama, PDIP perlu melihat ikatan emosional pendukungnya. Dia mengatakan, pendukung PDIP adalah rakyat wong cilik yang tidak suka berbagai bentuk kamuflase politik.

"Rakyat apa adanya, rakyat yang bicara dengan bahasa rakyat sehingga aspek historis itu tetap dilakukan," ujarnya. 

Baca juga :Renovasi di BRIN Dikritisi, yang Dibutuhkan Co-Working Space Bukan Ruang untuk Tidur

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement