Jumat 15 Jul 2022 22:59 WIB

Pertamina Ajak Negara G20 Terlibat Dalam Proyek Transisi Energi

Transisi energi tak boleh mengganggu agenda pembangunan negara-negara berkembang.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Fuji Pratiwi
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dalam dialog Sustainable Finance For Climate Transition di Bali, Kamis (14/7/2022). Mencegah pemanasan global dan perubahan iklim menjadi tantangan semua negara di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Termasuk di dalamnya adalah perusahaan energi dan kalangan industri.
Foto: Pertamina
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dalam dialog Sustainable Finance For Climate Transition di Bali, Kamis (14/7/2022). Mencegah pemanasan global dan perubahan iklim menjadi tantangan semua negara di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Termasuk di dalamnya adalah perusahaan energi dan kalangan industri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mencegah pemanasan global dan perubahan iklim menjadi tantangan semua negara di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Termasuk di dalamnya adalah perusahaan energi dan kalangan industri. 

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, transisi energi adalah kunci untuk mencegah bencana pemanasan global dan perubahan iklim. Akan tetapi, transisi energi ini tidak boleh mengganggu agenda pembangunan yang belum selesai di negara-negara berkembang. Apalagi, rata-rata konsumsi energi, pengeluaran emisi dan pendapatan per kapita negara-negara berkembang pada umumnya berada di bawah negara-negara maju. 

Baca Juga

"Negara-negara maju harus mendukung negara-negara berkembang dalam transisi ke energi berkelanjutan jika dunia ingin memiliki peluang untuk memenuhi target pemanasan global," ujar Nicke dalam dialog Sustainable Finance For Climate Transition di Bali, Jumat (15/7/2022).

Sebagai BUMN Energi, imbuh Nicke, Pertamina telah mengalokasikan Capex (Capital expenditure) sebesar 14 persen dari total dana investasi untuk menyukseskan transisi energi di Indonesia. Angka ini jauh lebih tinggi dari rata-rata investasi perusahaan energi dunia untuk energi terbarukan sebesar 4,3 persen.

"Mengatasi Perubahan Iklim merupakan salah satu strategi Sustainability Pertamina, dengan target penurunan emisi 30 persen pada tahun 2030 atau di atas target NDC Indonesia pada tahun 2030. Tercatat selama 2010 – 2020, kita telah mengurangi 6,8 Juta Ton CO2 Equivalent (MmtCO2E) atau 27 persen dari 26 persen baseline 2010," imbuh Nicke. 

Nicke, yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua Task Force Energy, Sustainability, and Climate B2 menambahkan, transisi energi harus direncanakan dengan baik, untuk memastikan keamanan energi dan aksesibilitas energi bagi seluruh masyarakat tetap terjaga. Pertamina akan mempercepat transisi energi menuju penggunaan energi yang berkelanjutan, memastikan transisi yang adil dan terjangkau serta meningkatkan ketahanan energi.

Menurut Nicke, transisi energi membutuhkan teknologi dan biaya yang besar. Untuk itu Pertamina terbuka untuk kemitraan dan kolaborasi, untuk mendorong inovasi dan menurunkan biaya teknologi.

"Ambisi Pertamina adalah menjadi perusahaan energi global terkemuka dan bereputasi baik serta diakui sebagai perusahaan yang menerapkan prinsip-prinsip ESG secara terintegrasi," ungkap Nicke.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement