Jumat 15 Jul 2022 21:32 WIB

Kasus DBD Kota Bandung Capai 3.557

Sebanyak tujuh orang meninggal dunia akibat DBD di Kota Bandung.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Friska Yolandha
Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Barat menyebut kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) per 8 Juli 2022 telah mencapai 21.280.
Foto: ANTARA/Maulana Surya
Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Barat menyebut kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) per 8 Juli 2022 telah mencapai 21.280.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Barat menyebut kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) per 8 Juli 2022 telah mencapai 21.280. Dari jumlah itu, tercatat 179 kematian.

Kota Bandung menduduki peringkat paling tinggi dalam penemuan kasus DBD yakni temuan 3.557 kasus. Disusul oleh Kabupaten Bandung terdata sebanyak 2.257 kasus, Bekasi 1.671 kasus, Kabupaten Sumedang 1.283 kasus, dan Kota Depok 1.278 kasus.

Baca Juga

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Bandung, dr Ira Dewi Jani, mengatakan dari banyaknya temuan kasus di Kota Bandung terdapat tujuh korban jiwa per Juli 2022. “Tercatat di kami sudah ada tujuh orang yang meninggal mulai dari bulan Februari kemarin. Februari itu ada dua orang, Maret ada dua orang, April satu orang, Mei satu orang, Juni satu orang. Kita memang daerah endemis, sepanjang tahun pasti ada kasus demam berdarah,” ujarnya, Jumat (15/7/2022).

Ia menambahkan, jika dilihat dari awal tahun hingga bulan Juli ini, kasus DBD memang menurun. Sejak Januari, Februari, Maret, April 2022 dibandingkan tahun lalu, tahun 2022 memiliki kasus lebih tinggi dibandingkan dengan bulan yang sama di tahun 2021. Namun, di bulan Mei, Juni, Juli memiliki kasus lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya.

“Kita sudah masuk ke minggu epidemiologis yang ke 27. Kalau misalkan kita bandingkan dari bulan Januari sampai bulan Juli 2022, memang kasusnya itu ada penurunan dibandingkan Januari. Itu sampai di angka 1.225, nah mulai bulan Mei kita sudah di angka 200-300,” jelasnya.

Pihaknya, beber Ira, akan segera melakukan sosialisasi jika melihat data surveilance yang memiliki peningkatan kasus. Surat edaran dari Sekretaris Daerah Kota Bandung juga akan disebarkan kepada para aparat kewilayahan dan fasilitas pelayanan kesehatan.

“Demam berdarah itu gak lepas dari tiga faktor. Ada house, ada agent, ada environment. Jadi kalau tiga unsur itu gak diintervensi, agak sulit kita itu menegndalikan demam berdarah. Jadi hostnya, manusianya kondisinya harus sehat. Sehingga kalau misalnya terinfeksi virus bisa cepat sembuh dan tidak menimbulkan kesakitan yang parah,” tegas Ira.

Mengingat saat ini sedang dalam musim pancaroba, kata dia, masyarakat diminta untuk menjaga daya tahan tubuh dan kebersihan lingkungan. Karena, tuturnya, deman berdarah sangat erat hubungannya dengan tempat perindukan nyamuk. “Misalkan ada air tergenang itu tempat yang ideal untuk nyamuk berkembang biak. Sekarang itu digiatkan untuk pemberantasan sarang nyamuk melaui upaya 3M. Menguras, Mengubur, dan Membersihkan,” imbau Ira.

Ia memaparkan, masyrakat harus rutin menjaga tempat tempat yang luput dari pengawasan seperti talang air. Pasalnya, pengecekan terbilang sulit karena berada di atas bangunan rumah. “Biasanya ketutupan daun-daun yang gugur, atau kotoran lain mampet lah pipanya. Biasanya suka ada air tergenang dari situ,” imbuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement