Kamis 14 Jul 2022 12:48 WIB

Perusahaan Jerman Serukan Pembatasan Harga Energi

Biaya energi rumah tangga bisa tiga kali lipat di Jerman karena pasokan gas berkurang

Proyek pipa gas Rusia-Jerman, Nord Stream.
Foto: Reuters
Proyek pipa gas Rusia-Jerman, Nord Stream.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Satu perwakilan perusahaan Jerman menyebut kemungkinan kemunculan kerusuhan sosial kecuali ada pembatasan harga energi di negara itu. Biaya energi rumah tangga bisa tiga kali lipat di Jerman karena pasokan gas Rusia berkurang, kata para pejabat di sektor energi.

Dalam sebuah wawancara dengan kelompok surat kabar RND yang diterbitkan pada Kamis (14/7/2022), kepala regulator Badan Jaringan Federal Jerman Klaus Mueller mendesak konsumen untuk mengurangi konsumsi energi dan menyimpan uang. Dalam sebuah wawancara dengan Reuters, Roland Warner, kepala kantor pekerjaan kota Chemnitz --salah satu dari 900 perusahaan publik milik kota yang merupakan bagian utama dari lanskap energi Jerman-- melangkah lebih jauh.

"Kita harus membantu rumah tangga biasa dan menetapkan batas atas untuk biaya energi," kata Warner.

Dia memperingatkan bahwa tagihan energi tahunan dapat naik dari 1.500 euro (sekitar Rp22,55 juta) menjadi 4.700 euro (sekitar Rp70,66 juta) pada Oktober.

"Jika kita mengalami kerusuhan sosial, negara tidak akan mampu mengatasinya," ujar Warner.

Kementerian energi Jerman belum menanggapi permintaan komentar yang dikirim Reuters setelah jam kerja. Menteri Energi Jerman Robert Habeck sebelumnya telah menolak seruan untuk pembatasan harga energi di negara bagian. Habeck mengatakan negara bagian tidak dapat sepenuhnya mengimbangi kenaikan harga dan bahwa upaya untuk pembatasan harga energi akan mengirimkan sinyal yang salah tentang perlunya menghemat energi.

Setelah menikmati kemakmuran dari gas Rusia yang murah selama beberapa dekade, Jerman menghadapi krisis karena Rusia memangkas kembali pasokan gasnya. Pemerintah negara-negara Barat mengatakan Moskow melakukan langkah itu untuk membalas sanksi yang dijatuhkan pada Rusia atas invasinya ke Ukraina, tetapi Moskow membantah tuduhan itu dengan memberikan alasan mengalami masalah teknis.

Beberapa analis memperingatkan bahwa dukungan publik untuk sanksi keras terhadap Moskow dapat melemah lebih lanjut jika standar hidup masyarakat menurun. Sebuah jajak pendapat oleh lembaga penelitian sosial Forsa yang diterbitkan pada Rabu (13/7/2022) menemukan kecenderungan bahwa dukungan untuk memboikot gas Rusia telah turun, dari 44 persen responden pada enam minggu lalu menjadi hanya 32 persen sekarang.

Penjualan gas Rusia merupakan sumber utama keuangan untuk tindakan militer, yang Moskow sebut sebagai "operasi khusus" di Ukraina.

sumber : Antara / Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement