Rabu 13 Jul 2022 16:32 WIB

Sri Mulyani: Waspadai Potensi Resesi yang Menghantui Indonesia

RI masuk ke dalam daftar 15 negara di Asia yang kemungkinan mengalami resesi ekonomi.

Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani dalam forum bisnis //Sustainable Finance: Instruments and Management in Achieving Sustainable Development of Indonesia// sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Road to G20 di Indonesia di Sofitel Nusa Dua Bali, Rabu (13/7).
Foto: dok. Kemenkeu
Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani dalam forum bisnis //Sustainable Finance: Instruments and Management in Achieving Sustainable Development of Indonesia// sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Road to G20 di Indonesia di Sofitel Nusa Dua Bali, Rabu (13/7).

REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mewaspadai potensi resesi yang menghantui Indonesia lantaran Indonesia masuk ke dalam peringkat 14 dari 15 negara di Asia yang kemungkinan mengalami resesi ekonomi, berdasarkan survei Bloomberg terbaru."Kami tidak akan terlena, kami tetap waspada," ungkap Menkeu Sri Mulyani dalam Konferensi Pers Kegiatan Sampingan G20 Indonesia 2022 di Nusa Dua, Badung, Bali, Rabu (13/7/2022).

Maka dari itu Menkeu Sri Mulyani menekankan seluruh instrumen kebijakan akan digunakan, baik kebijakan fiskal, moneter, sektor keuangan, hingga regulasi lain untuk mengawasi kemungkinan resesi tersebut, terutama regulasi dari korporasi di Tanah Air. Adapun dalam survei tersebut Indonesia menempati peringkat 14 dengan kemungkinan resesi sebesar tiga persen, jauh dari Sri Langka yang menempati posisi pertama dengan potensi resesi 85 persen.

Baca Juga

Di bawah Sri Langka masih ada pula Selandia Baru dengan persentase 33 persen, Korea Selatan 25 persen, Jepang 25 persen, dan China 20 persen.Meski tak akan terlena, Sri Mulyani berpendapat persentase potensi resesi Indonesia yang sangat rendah tersebut menggambarkan ketahanan pertumbuhan ekonomi domestik, indikator neraca pembayaran, hingga Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang kuat.

"Dari sisi korporasi maupun dari rumah tangga kita juga relatif baik," tambahnya.

Menurut Sri Mulyani, sektor keuangan Indonesia relatif lebih kuat semenjak krisis global tahun 2008-2009. Dengan demikian daya tahan Indonesia membaik dan risiko kredit macet perbankan pun terjaga. 

Hal tersebut menggambarkan seluruh sektor belajar dari krisis global pada 2008-2009. "Namun kita tetap harus waspada karena ini akan berlangsung sampai tahun depan. Risiko global mengenai inflasi dan resesi atau stagflasi sangat nyata dan akan menjadi salah satu topik penting pembahasan di G20 Indonesia," tutur Menkeu Sri Mulyani.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement