Rabu 13 Jul 2022 14:55 WIB

PP 'Aisyiyah Galakkan Program Penguatan Keluarga Cegah Perceraian

Program perkawinan yang cukup dewasa menjadi salah satu perhatian utama.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
Sejumlah calon pengantin menunggu giliran untuk menjalani prosesi akad saat Nikah Massal di Masjid Al Ukhuwah, Jalan Wastukencana, Kota Bandung, Kamis (31/3/2022). PP Aisyiyah Galakkan Program Penguatan Keluarga Cegah Perceraian
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Sejumlah calon pengantin menunggu giliran untuk menjalani prosesi akad saat Nikah Massal di Masjid Al Ukhuwah, Jalan Wastukencana, Kota Bandung, Kamis (31/3/2022). PP Aisyiyah Galakkan Program Penguatan Keluarga Cegah Perceraian

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi otonom bagi wanita Muhammadiyah, 'Aisyiyah, berupaya meningkatkan program penguatan keluarga. Hal ini dicanangkan menyusul data perceraian di Indonesia yang terus meningkat setiap tahunnya.

"Melihat data tersebut, memang 'Aisyiyah sudah mengantisipasi dengan meningkatkan Program Penguatan Keluarga. Program ini berisi tentang perlindungan anak, terutama terkait Pernikahan Anak (Nikahus Shagir) dan tentu saja juga program Pembinaan Perkawinan dan Calon Pengantin (Catin)," kata Ketua Pimpinan Pusat 'Aisyiyah, Shoimah Kastolani, dalam pesan yang diterima Republika, Rabu (13/7/2022).

Baca Juga

Tak hanya itu, program yang berisikan antisipasi stunting juga disebut terus digalakkan. Ia menyebut pernikahan anak menjadi salah satu sumber lahirnya bayi stunting.

Program perkawinan yang cukup dewasa disebut menjadi salah satu perhatian utamanya bagi calon pengantin. Yang jelas, ia menyebut calon pengantin harus sudah menyelesaikan wajib belajar sampai SMA dan mendorong meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi.

Jika yang akan menikah selama sekolah mengambil jurusan SMK, maka ia menyebut perlu bekerja dulu baru menikah. Tentu saja, yang tidak kalah penting adalah hadirnya pendidikan akhlak pergaulan.

"Kalau kami, ya ditekankan pada akhlak pergaulan. Bagaimana menjaga aurat, disampaikan ayat-ayat tentang perzinahan dan dampak dari perzinahan," lanjutnya.

Di sisi lain, ia menyebut sangat menjaga jangan sampai ada kekerasan seksual di lingkungan pendidikan 'Aisyiyah maupun Muhammadiyah. Bagi 'Aisyiyah, peserta calon pengantin ini melibatkan anak-anak SMA/SMK. Di dalam pendidikan, disampaikan pula materi tentang pemahaman seksual pada kurikulum, bukan hanya pada mata pelajaran agama tetapi juga mata pelajaran umum, seperti melalui biologi.

Terakhir, Shoimah menyebut belum memiliki data terkait berapa jumlah pernikahan anak di Indonesia. Namun, ia menilai keberadaan media sosial (medsos) menjadikan anak mendapatkan informasi yang luas dan tidak terkontrol.

"Karena dari medsos ini menjadikan anak lebih banyak mendapat informasi yang luas, kalau tidak ada pendampingan juga membahayakan. Maka, akhlak bermedsospun kita sampaikan kepada calon pengantin," ucap dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement