Selasa 12 Jul 2022 23:59 WIB

Disbun Riau Prediksi Harga CPO akan Semakin Merosot

CPO diyakini akan merosot dipicu ketakutan terhadap resesi yang ancam AS

Pedagang menunjukkan plastik berisi minyak goreng curah di Pasar Senen, Jakarta, . Kepala Bidang (Kabid) Pengolahan dan Pemasaran, Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Riau, Defris Hatmaja, mengatakan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) diprediksi bakal anjlok. Penyebabnya menurut Defris dipicu menularnya ketakutan pasar global terhadap resesi yang mengancam ekonomi Amerika Serikat (AS).
Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra
Pedagang menunjukkan plastik berisi minyak goreng curah di Pasar Senen, Jakarta, . Kepala Bidang (Kabid) Pengolahan dan Pemasaran, Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Riau, Defris Hatmaja, mengatakan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) diprediksi bakal anjlok. Penyebabnya menurut Defris dipicu menularnya ketakutan pasar global terhadap resesi yang mengancam ekonomi Amerika Serikat (AS).

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU- Kepala Bidang (Kabid) Pengolahan dan Pemasaran, Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Riau, Defris Hatmaja, mengatakan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) diprediksi bakal anjlok. Penyebabnya menurut Defris dipicu menularnya ketakutan pasar global terhadap resesi yang mengancam ekonomi Amerika Serikat (AS).

Bahkan, ketakutan pasar tersebut diprediksi lebih kuat dari dampak tensi geopolitik di Ukraina. Harga CPO bisa ke MYR 4.000."Artinya, ekspor CPO kita kejar-kejaran dengan waktu. Produsen akan beramai-ramai berusaha kirim CPO, harga di masa depan bisa lebih tertekan lagi. 3 bulan ke depan akan jadi saat paling kritis karena The Fed masih akan menaikkan suku bunga 125 bps," kata Defris, Selasa (12/7).

Selain itu menurut Defris, stok CPO di Indonesia melimpah akibat larangan ekspor di bulan Mei 2022. Dilanjutkan kebijakan DMO dan DPO jilid 2 sejak Mei hingga saat ini.

Pada saat bersamaan, produksi minyak nabati lain khususnya kedelai, rapeseed and sunflower oil di luar Rusia dan Ukraina sudah mendekati recovery.

 

Penyebab lain, adanya ancaman inflasi dan resesi ekonomi dunia termasuk di negara-negara importir minyak sawit dunia sebagaimana dilaporkan IMF.

"Ini membuat konsumsi minyak nabati dunia dan minyak sawit akan menurun," ujar Defris.

Sementara itu, harga TBS kelapa sawit periode 13 - 19 Juli 2022 di Riau mengalami penurunan pada setiap kelompok umur. Jumlah penurunan terbesar terjadi pada kelompok umur 10 - 20 tahun sebesar Rp 263,00/Kg atau mencapai 14,84 persen dari harga minggu lalu. Sehingga harga pembelian TBS petani untuk periode satu minggu kedepan turun menjadi Rp 1.509,38/Kg.

Kepala Dinas Perkebunan Riau, Zulfadli, mengatakan penurunan harga TBS ini disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal.          

Faktor internal turunnya harga TBS periode ini disebabkan oleh terjadinya kenaikan dan penurunan harga jual crude palm oil atau CPO dan Kernel dari perusahaan yang menjadi sumber data.

"Untuk harga jual CPO, PTPN V menjual CPO dengan harga Rp 6.880,67/Kg dan mengalami penurunan harga sebesar Rp 1.306,00/Kg dari harga minggu lalu, Sinar Mas Group menjual CPO dengan harga Rp. 6.949,81 dan mengalami penurunan harga sebesar Rp 1.145,71/Kg dari harga minggu lalu," kata Zulfadli.

Sedangkan untuk harga jual Kernel, PTPN V, Sinar mas Group, Astra Agro Lestari Group dan Asian Agri tidak melakukan penjualan pada minggu ini. PT. Citra Riau Sarana menjual dengan harga Rp 4.237,87 dan mengalami kenaikan harga sebesar Rp 128,77/Kg. PT. Musim Mas menjual dengan harga Rp 4.503,00/Kg.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement