Senin 11 Jul 2022 19:50 WIB

Yordania tak Anggap Iran Sebagai Ancaman Keamanan

Yordania justri ingin menjalin relasi baik dengan Iran.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Perdana Menteri Yordania Bisher al-Khasawneh mengatakan, negaranya tidak pernah menganggap Iran sebagai ancaman keamanan nasional.
Foto: EPA
Perdana Menteri Yordania Bisher al-Khasawneh mengatakan, negaranya tidak pernah menganggap Iran sebagai ancaman keamanan nasional.

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Perdana Menteri Yordania Bisher al-Khasawneh mengatakan, negaranya tidak pernah menganggap Iran sebagai ancaman keamanan nasional. Sebaliknya, Yordania justru ingin membangun hubungan baik dengan Teheran.

“Kami tidak pernah melihat Iran sebagai sumber ancaman terhadap keamanan nasional kami,” kata al-Khasawneh dalam sebuah wawancara dengan BBC, Ahad (10/7/2022).

Baca Juga

Dia mengungkapkan, Yordania justri ingin menjalin relasi baik dengan Iran. “Yordania berusaha mencapai formula dialog dengan Iran berdasarkan hubungan bertetangga,” ucapnya.

Hubungan Yordania dan Iran mulai retak sejak Amman memberikan dukungan kepada Irak saat negara tersebut sedang berperang melawan Teheran pada dekade 1980-an. Baru-baru ini pejabat-pejabat Irak mengungkapkan, negara mereka telah menjadi tuan rumah pembicaraan antara Yordania dan Iran.

Tujuan dari pembicaraan itu adalah memulihkan hubungan bilateral kedua negara. Belum ada konfirmasi resmi dari Amman maupun Teheran tentang pembicaraan yang berlangsung di Baghdad.

Saat ini Iran pun sedang melakukan pembicaraan untuk memulihkan hubungan dengan Arab Saudi. Relasi diplomatik kedua negara putus pada Januari 2016 menyusul serangan terhadap Kedutaan Besar Saudi di Teheran. Penggerudukan itu terjadi setelah otoritas Saudi mengeksekusi mati ulama Syiah di negaranya yang bernama Nimr al-Nimr.

Hubungan kedua negara kian memburuk setelah Iran menuding Saudi dengan sengaja menyebabkan kematian sekitar 400 jamaah asal negaranya dalam insiden berdesakan di Mekah pada September 2016. Sejak saat ini, Teheran dan Riyadh terlibat dalam persaingan regional yang kuat. Kedua negara kerap saling melemparkan tudingan tentang mengobarkan perang proksi untuk memperkuat pengaruh di kawasan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement