Senin 12 Aug 2019 11:52 WIB

Idul Adha Wujud Ketaatan tanpa Tapi

Nabi Ibrahim AS, Nabi Ismail, dan Ibunda Hajar adalah perwujudan ketaatan tanpa tapi.

Ribuan umat Islam melaksanakan shalat Idul Adha di Masjid Al Akbar Surabaya, Jawa Timur, Minggu (11/8)
Foto: Didik Suhartono/Antara
Ribuan umat Islam melaksanakan shalat Idul Adha di Masjid Al Akbar Surabaya, Jawa Timur, Minggu (11/8)

Setiap insan terlahir kedunia membawa berbagai amanah dan tanggung jawab. Salah satu amanah terbesar adalah taat terhadap aturan Sang Khaliq. Aturan yang sempurna, dapat memuaskan akal dan sesuai dengan fitrah manusia, ialah aturan dari Islam.

Aturan yang telah diturunkan kepada seluruh ummat manusia melalui Rasulullah SAW, tertuang dalam Alquran dan sunah tentunya tidak untuk membuat manusia susah dan mengalami kesengsaraan. Namun, dengan adanya aturan tersebut lah, manusia dapat meraih kebahagiaan hidup, tidak merusak akal dan senantiasa sesuai dengan fitrahnya.

Telah dikisahkan didalam Alquran mengenai ketaatan keluarga Nabi Ibrahim AS. Nabi Ibrahim AS. melaksanakan perintah untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail AS. Ismail AS pun begitu tunduk pada perintah Tuhannya sehingga rela mengorbankan jiwa dan raga. Tak hanya seorang ayah dan putra yang taat, keluarga Nabi Ibrahim as juga dilengkapi dengan seorang ibu yang taat kepada-Nya. Ibunda Siti Hajar, yang taat tanpa tapi menerima wahyu Allah, meski harus merelakan putra kesayangannya. 

Berbeda dengan pemikiran manusia kebanyakan yang akan taat bila ada maslahat atau manfaat. Ketiganya merasa ridha dan yakin akan perintah Allah SWT, tanpa tapi. Tidak mempertimbangkan apakah aturan tersebut menguntungkan atau merugikan, dipandang manusia kebanyakan baik atau jelek, karena keluarga Ibrahim AS begitu yakin bahwa aturan dari Sang Mahabijaksana tentu bersifat bijaksana dan adil pula. Meski dari sudut pandang duniawi tidak meraih manfaat besar. Sebab, inilah wujud dari taat tanpa tapi. Harta, jiwa, bahkan nyawa dipersembahkan hanya untuk ketaatan kepada-Nya.

Rasulullah SAW pada haji wada’ berpesan agar hendaknya manusia taat pada dua hal, yakni Alquran dan sunah. Baginda Nabi SAW telah menjamin siapa pun yang berpegang teguh pada keduanya, maka tak akan tersesat selama-lamanya. Sayangnya, saat ini pesan itu tidak diindahkan. Keduanya hanya menjadi bacaan tanpa mengambil hukum-hukum yang telah dipastikan akan membawa pada kebenaran. Dengan berpegang pada keduanya, maka peradaban umat manusia akan kembali gemilang dibawah naungan Islam serta keridhaan-Nya.

Pengirim: Lestari Sormin, aktivis pers mahasiswa Universitas Negeri Medan

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement