Kamis 23 May 2019 18:53 WIB

Cahaya Umat itu Telah Pergi

Cahaya umat ustaz Arifin Ilham menghembuskan nafas terakhir di Penang Malaysia

Jemaah dan petugas bandara memanjatkan doa di dekat peti berisi jenazah Ustad Arifin Ilham yang baru tiba dari Penang, Malaysia di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (23/5/2019).
Foto: Antara/Deka Wira
Jemaah dan petugas bandara memanjatkan doa di dekat peti berisi jenazah Ustad Arifin Ilham yang baru tiba dari Penang, Malaysia di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (23/5/2019).

Masih teringat suara serak basahnya menghujani majelis zikir yang beliau pimpin. Pendiri Majelis Zikir Az Zikra pun akhirnya berpulang ke Rahmatullah. Tepat pukul 23.00 Ustaz Arifin Ilham menghembuskan nafasnya yang terakhir di Penang, Malaysia. Keluarga berduka, sahabat berduka, para ulama berduka, dan tak lupa umat pun berduka sedalam-dalamnya. Semoga Allah lapangkan jalanmu, wahai pembimbing dan panutan umat! Semoga Allah tempatkan surga terbaikNya untuk engkau gurunda kami. 

Sang guru pergi meninggalkan beragam kenangan salih selama hidupnya. Sungguh kematian yang indah. Di bulan ampunan, di hari diturunkannya alquran, dan berhiaskan amal salih yang berlipat. Kami berduka, kami bersedih, kami pun iri atas kematianmu yang indah, Yaa Ustaz...

Baca Juga

Wafatnya engkau mengukir hikmah mendalam untuk kami. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam, “Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (dunia).” Kemudian para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah pemutus kelezatan (dunia) itu?” Lantas Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam menjawab. “Kematian” (HR. Al Baihaqi dalam Syua’abul Iman).

Orang-orang yang banyak mengingat kematian digolongkan oleh Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam sebagai orang yang cerdas. Abdullah bin Umar ra. berkata, “Tatkala aku bersama Rasulullah, terdapat seorang laki-laki Anshar datang kepada beliau, kemudian mengucapkan salam lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah diantara kaum mukminin yang paling utama?” Beliau menjawab, “Yang paling baik akhlaknya diantara mereka.” Lelaki tadi bertanya lagi, “Siapa diantara kaum mukminin yang paling cerdas?” Beliau kembali menjawab, “Yang paling banyak mengingat kematian diantara mereka dan yang paling baik persiapannya setelah kematian. Mereka itu ialah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibu Majah)

Ad Daqaaq rahimahullah mengatakan, “Barangsiapa yang banyak mengingat kematian, maka akan dianugerahi oleh Allah tiga keutamaan; bersegera dalam taubat, giat dan semangat dalam beribadah kepada Allah, dan tumbuh rasa qana’ah dalam hati.

Kematian adalah sebaik-baik nasihat. Sebaik-baik pengingat. Dan sebaik-baik momen bersegera tobat dan makin taat. Kematian adalah bukti bahwa usia manusia memamg berujung di satu masa. Artinya, kehidupan dunia hanyalah sementara, akhirat selamanya. Apa yang hendak dicari di dunia? Kecuali memperbanyak perbekalan amal untuk kehidupan akhirat selanjutnya. Jabatan, kekuasaan, harta, tahta dan segala rupa duniawi tak akan berarti tanpa diiringi dengan amal salih. Justru semuanya akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat nanti.

Cahaya umat itu telah padam meninggalkan dunia yang fana. Sebab Allah lebih sayang kepadanya. Allah menicintainya dengan mewafatkannya di hari Ramadhan yang tersisa hanyalah kita. Dengan segala kemunafikan dan dosa yang melekat, jadikan kematian sebagai pelajaran berharga memandang kehidupan dunia. Pandanglah dunia sebagai tempat persinggahan, bukan tempat tinggal. Sesungguhnya tempat tinggal ternyaman kelak adalah berada di Surga-Nya bersama para Nabi, sahabat, ulama, dan orang-orang salih. 

Ustaz Arifin Ilham telah dikenang sebagai ulama besar dan pejuang dakwah Islam. Lantas, kita mau dikenang sebagai apa? Penghalang dakwah atau penolong agama-Nya? Sejatinya, pilihan hidup itulah yang akan menentukan bagaimana akhir hayat kita kelak.  Selamat jalan Ustaz....ilmu dan nasihat yang kau beriqkan akan senantiasa kami ingat dan amalkan. Sampai jumpa di pertemuan abadi di SurgaNya. 

“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu sekaligus dari para hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama. Sehingga ketika tidak tersisa lagi seorang alim, maka manusia akan menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin, lalu mereka ditanya, kemudian mereka memberikan fatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat lagi menyesatkan orang lain,” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ya Allah...jauhkan kami dari orang-orang zalim.... Selamatkan kami dari kejahatan dan makar mereka. Dan kokohkan iman kami agar teguh berjuang di jalanMu....

Pengirim: Chusnatul Jannah, Pasuruan

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement