Kamis 18 Apr 2019 18:54 WIB

Tetap Tenang Dalam Riak Pemilu 2019

Tetap tenang dalam riak pemilu dengan menerima ketetapan Allah SWT

Warga terdampak gempa di Dusun Apitaik, Desa Guntur Macan, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Utara, NTB, melakukan pencoblosan di TPS, Rabu (17/4).
Foto: Muhammad Nursyamsyi.
Warga terdampak gempa di Dusun Apitaik, Desa Guntur Macan, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Utara, NTB, melakukan pencoblosan di TPS, Rabu (17/4).

Gegap gempita pesta demokrasi 17 April kemarin masih dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia hingga hari ini. Ada yang memilih paslon 01 atau paslon 02 bahkan ada yang melepaskan diri dari hiruk pikuk pesta rakyat yang dilaksanakan tiap 5 tahun sekali tersebut. 

Sedikit riak mewarnai pemilu tahun ini. Hal yang sama terjadi pada saat pemilu 2014 silam. Kedua belah paslon capres dan cawapres saling klaim atas  kemenangannya.

Baca Juga

Di televisi hasil survey Quick Count menunjukkan paslon 01 menang atas paslon 02. Namun di jagat media sosial beredar angka-angka presentasi perhitungan suara pasangan capres dan cawapres 02 lebih unggul atas pasangan capres dan cawapres 01. 

Masyarakat seakan dibuat bingung dengan hasil pemungutan suara pemilu kali  ini. Tanda tanya besar muncul di benak masyarakat. Siapakah yang akan memimpin Indonesia, bangsa besar dengan ragam suku,  ras dan agamanya? 

Viralnya cuitan bang Karni tentang pemilu kali ini membuat masyarakat semakin  banyak beropini. Berikut cuitan Bung Karni di twitternya. 

@karniilyas ILC "Orang-orang yang memberikan vote (suara)  tidak menentukan hasil dari pemilu, namun orang-orang yang menghitung vote itulah yang menentukan hasil dari pemilu." - Joseph Stalin,  Pemimpin Uni Soviet. 

Jika pesenter yang  terkenal melalui  acara Indonesia Lawyer Club (ILC) sepaham dengan pernyataan Joseph Stalin tersebut, maka artinya dalam perspektif politik, Bung Karni meragukan tingkat independensi KPU sebagai penyelenggara Pemilu kali ini.

Entahlah,  apakah pendapat Stalin tersebut benar atau salah. Namun jika benar demikian maka bukankah ia telah mencederai sikap demokrasi yang seharusnya mewadahi aspirasi 'dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat?' Yang merupakan slogan dari demokrasi itu sendiri. 

Wallahu'alam bish shawab

Saat ini,  dengan berbagai gelojak yang hadir mewarnai pesta demokrasi tahun ini, semoga kita bisa menyikapi dengan bijak dan tetap tenang agar tidak terjadi permusuhan dan perpecahan di Negeri kita tercinta. Semoga Indonesia tetap damai.

Mengutip kalimat Aagym yang menyejukkan di tengah panasnya pergolakan politik di Indonesia,  @aagym "Semuanya masih berproses, yang sabar dan tenang. Kita perbanyak doa dan rajut kebersamaan, tunggu keputusan dari yang paling berwenang". 

Apapun hasilnya,siapapun yang terpilih memimpin Indonesia, insyaallah ini sudah menjadi ketetapan Allah SWT yang harus kita terima. Yakinlah bahwa apapun yang terjadi ini adalah yang terbaik untuk kita,  untuk Islam,  untuk kaum Muslimin dan untuk seluruh masyarakat Indonesia. 

Hal yang kita anggap baik, belum tentu menurut Allah. Perkara yang kita anggap buruk bisa jadi baik menurut Allah. 

Berbagai tekanan dan intimidasi yang datang bertubi kepada Rasulullah SAW justru menjadi jalan datangnya pertolongan Allah. Semoga datangnya pertolongan Allah lebih cepat dari yang kira. 

“Boleh jadi, kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah yang paling mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah:216)

Pengirim: Widya, Pengajar,  Founder Komunitas Muslimah Menjahit & Bandung Storytellingclub 

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement