Jumat 12 Apr 2019 20:55 WIB

Peradaban Gemilang Mencetak Generasi Unggul dan Bermartabat

Generasi unggul dan bermartabat tercipta bila berpegang kepada Alquran dan Sunnah

Ilustrasi Stop Bullying
Foto: Foto : MgRol_92
Ilustrasi Stop Bullying

Kasus AU siswi SMP di Pontianak yang dianiaya dan dikeroyok oleh sekelompok siswi SMA menampar banyak pihak. Ini menjadi perbincangan hangat baik netizen ataupun masyarakat secara umum. 

Kasus ini sebetulnya bukanlah yang pertama kali terjadi. Kasus bullying, penganiayaan bahkan berujung pembunuhan memang mewarnai dunia pendidikan kita. Para generasi yang mereka merupakan asset negara ini justru melakukan perilaku tak habis fikir. Generasi sebagai penerus estafet kepemimpinan malah menunjukkan perilaku mereka yang biadab.

Baca Juga

Tak tahukah mereka bagaimana kisah Mush'ab bin Umair, pemuda tampan nan kaya raya yang tak pernah hidup susah dan selalu bergelimang harta. Rela meninggalkan kesenangan dunia semata untuk mencari ridho tuhannya. 

Masa muda yang dimiliki bukan dihabiskan untuk kesenangan semu, tak sedikitpun waktunya dibuang dengan sia-sia apalagi jika itu perbuatan yang diharamkan. Yang terfikirkan hanyalah bagaimana menyebarkan Islam sehingga bisa tersebar ke seluruh negeri. Mush'ab memang seorang pemuda yang cerdas sehingga dengan kejeniusannya ini pula ia diutus menjadi juru dakwah di Madinah.

Begitupun dengan Zaid bin Harits yang menginginkan ikut berperang ke medan perang di usia yang masih belia. Usianya yang masih sangat muda justru menjadi orang terdepan yang menghibahkan dirinya di jalan Islam. Nyawa tak segan dipertaruhkan demi kemuliaan agama Allah SWT.

Tak cukup disitu, Perempuan tangguh bernama Nusaibah binti Ka'ab dengan senang hati turun ke medan perang melawan musuh untuk melindungi sayyidina Rasulullah SAW. Bentuk kecintaan yang mendalam terhadap Rasulullah dan ajaran Islam yang dibawanya. Statusnya sebagai perempuan tidaklah menjadikan penghalang untuk mengambil peran dalam perjuangan Islam.

Tak ketinggalan, Muhammad al fatih di usia 21 tahun berhasil menaklukkan kota Konstantinopel. Muhammad al fatih juga seorang pakar dalam bidang ketentaraan, sains, matematika dan menguasai 6 bahasa.

Kemudian ditambah lagi para ilmuwan muslim yang berperan penting terhadap sains dan teknologi masa kini seperti Ibnu sina sang ahli biologi, farmasi dan kedokteran; Al khawarizmi ahli matematika; Jabbir Hayyan ahli kimia; Ibnu Rusydi ahli astronomi; empat imam ahli hukum Islam yakni imam syafi'i, imam Ahmad ibn Hanbal, imam Maliki, dan imam Abu Hanifah. Tentu masih banyak lagi pemuda pemudi muslim di masa lalu yang menorehkan namanya dalam catatan sejarah peradaban Islam.

Pertanyaannya mengapa generasi masa lalu begitu luar biasa dibandingkan dengan generasi millenial yang terus menerus mengalami krisis moral?

Padahal mereka diberikan predikat yang sama oleh Allah SWT. Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia.. (QS. Al imran : 110)

Sejarah menuliskan bahwa para pahlawan dan ilmuwan muslim ini lahir pada masa puncak keemasan peradaban Islam. Dimana mereka hidup dengan suasana pemikiran, perasaan, peraturan yang satu yakni Islam. Al-Qur'an dan As-Sunnah menjadi pedoman dan menjadi standar dalam perbuatan.

Sistem Pendidikan Islam dijalankan dengan maksimal. Peran orangtua, kontrol masyarakat dan kebijakan negara begitu sinergis. Keimanan menjadi pondasi yang utama senantiasa dijaga agar tetap kokoh.

Masyarakat sangat peka terhadap satu sama lain sehingga tak membiarkan terjadi perilaku pelanggaran syariat. Juga negara sebagai elemen terkuat mengerahkan perhatiannya untuk senantiasa memelihara aqidah umat. Melakukan upaya pencegahan pelanggaran hukum dan ketika sudah terjadi pelanggaran akan cepat bertindak dan menghukumi dengan bekal syariat.

Alhasil terbentuklah generasi yang unggul dan bermartabat yang tidak hanya unggul dalam keahlian duniawi tapi juga menguasai ilmu akhirat. Generasi unggul yang tak hanya sebagai pemuda biasa tetapi pemuda berilmu yang siap berkontribusi untuk perjuangan agama dan bangsa.

Mereka bukanlah generasi yang mahir dalam akademik tetapi miskin akhlak dan adab. Karena sesungguhnya Islam mengajarkan bagaimana ilmu kehidupan dan ilmu agama haruslah seimbang. Ilmu agama bukan teori yang tak berbekas. Melainkan mereka berilmu untuk diamalkan dan berbuah amal shalih. Begitulah sepanjang sejarah Islam menggambarkan begitu hebatnya generasi yang dilahirkan pada masa itu.

Maka, ketika kita hari ini menginginkan kegemilangan itu diraih kuncinya hanya satu yakni membumikan Al-Qur'an dengan sempurna. Sehingga terbentuklah generasi Qur'ani yang berprestasi dan meraih kembali predikat umat terbaik.

Wallahu a'lam bish-shawab

Pengirim: Ummu Abrisam

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement