Ahad 24 Mar 2019 18:33 WIB

Cukupkah Infrastruktur Langit Bagi yang di Bawah?

Dengan cakupan internet saat ini kemungkinan sulit menjangkau kelompok bawah

Ponsel pintar (ilustrasi)
Foto: Republika TV/Surya Dinata
Ponsel pintar (ilustrasi)

Pembangunan infrastruktur menjadi salah satu yang diunggulkan oleh kubu petahana. Bahkan pada debat calon wakil presiden (cawapres) 17 Maret 2019 kemarin, pembangunan infrastruktur kembali disebut-sebut oleh cawapres no urut 01. 

"Pemerintah kita sekarang sudah bisa membangun infrastruktur, baik infrastruktur darat, infrastruktur laut, infrastruktur udara, dan infrastruktur langit," kata KH Ma’ruf Amin.

Baca Juga

Mengutip dari CNN Indonesia, Kiai Ma’ruf menambahkan, Infrastruktur langit adalah  infrastruktur digital, dimana menumbuhkan usaha, seperti startup, bahkan juga unicorn, yang kemudian menjadi decacorn. Jadi, yang dimaksud infrastruktur langit disini adalah seluruh infrastruktur pemerintah yang berkaitan dengan jaringan internet.

Jaringan internet adalah modal utama untuk mewujudkan program Making Indonesia 4.0. Yaitu revolusi industri yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sepenuhnya. Tidak hanya dalam proses produksi, melainkan juga di seluruh rantai nilai industri sehingga melahirkan model bisnis yang baru dengan basis digital guna mencapai efisiensi yang tinggi dan kualitas produk yang lebih baik.

Sayangnya jaringan internet di Indonesia belum memadai. Berdasarkan studi yang dilakukan di awal 2019 oleh CupoNation Indonesia, koneksi internet kabel negara kita menempati urutan ke 9 dari 10 negara di Asia Tenggara. Dan peringkat terakhir untuk koneksi internet selulernya. 

Selain lambat, koneksi internet di Indonesia belum menjangkau seluruh pelosok negeri. Data akhir Mei 2018, sekitar 73 persen desa/kelurahan yang sudah memiliki koneksi internet berbasis teknologi 3G. Sementara untuk jaringan 4G, baru mencakup 55 persen saja. 

Mengutip dari Detik.com, Baru di tahun 2019 pemerintah menargetkan semua wilayah di Indonesia terkoneksi internet. Pantaslah pengguna internet di Indonesia hanya mencapai 56 persen hingga Februari 2019. 

Mereka yang tinggal di daerah perkotaan dan memiliki telepon pintar saja yang berkesempatan mengakses internet. Mereka yang tergolong masyarakat menengah ke atas.

Sementara para petani, pemilik kebun yang tinggal di pedesaan, kelompok masyarakat menengah ke bawah tidak akan mampu bersaing di revolusi industri 4.0. Mereka hanya mampu menjalankan aktivitas jual beli konvensional. 

Dengan jangkauan distribusi lokal yang terbatas. Infrastruktur langit tak terjangkau rakyat kecil. Walhasil yang miskin tetap miskin. Sedangkan yang menikmati infrastruktur langit adalah para investor asing. 

Mereka yang mendominasi sokongan dana bagi bisnis start up di Indonesia hingga tumbuh menjadi unicorn bahkan decacorn. Mereka yang akan menikmati keuntungan yang berlimpah. Keuntungan yang mereka boyong ke negeri mereka sendiri.

Maka jelaslah perluasan infrastruktur langit demi mendorong laba investor melejit. Indonesia tetap menjadi negara konsumen tanpa peningkatan perekonomian apalagi penyelesaian problem kemiskinan.

Pengirim: Vinci Pamungkas, penulis lepas, tinggal di Bogor

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement