Kamis 02 May 2019 16:48 WIB

Saat Bisnis Digital Menjadi Harapan, Kaum Buruh Dikemanakan?

Digitalisasi ekonomi yang jadi harapan kesejahteraan justru mengancam kaum buruh.

Ratusan buruh dari berbagai serikat buruh melakukan aksi pada peringatan Hari Buruh Internasional May Day di depan Patung Kuda, Jakarta, Rabu (1/5/2019).
Foto: Antara/Reno Esnir
Ratusan buruh dari berbagai serikat buruh melakukan aksi pada peringatan Hari Buruh Internasional May Day di depan Patung Kuda, Jakarta, Rabu (1/5/2019).

Tak dapat dimungkiri, kemajuan teknologi adalah bentuk dari sebuah peradaban manusia. Namun, kemajuan teknologi tak bisa dikaitkan dengan mulia atau tidaknya sebuah peradaban jika tidak diseimbangi dengan kemajuan taraf berpikir tentang cara dan strategi dalam menghadapi digitalisasi di zaman milenial ini. Terlebih, jika kemajuan teknologi berupa digitalisasi ekonomi mulai merambah dunia bisnis pengusaha milenial. 

Perusahaan harus sigap merespons penggunaan perangkat teknologi dan harus dapat mengubah pola pikir sumber daya manusia agar siap mengikuti arus perubahan ini. Inilah salah satu efek yang mau tidak mau harus dihadapi oleh para pengusaha, khususnya yang ada di Indonesia.

Harapan peningkatan pendapatan, efisiensi anggaran bagi perusahaan, dan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi magnet bagi pengusaha milenial dalam bisnis digitalisasi. Selain itu, Indonesia juga diharapkan menjadi masa depan investasi dunia.

Oleh karena itu, pemerintah melalui Kementerian Kominfo sejak dua tahun yang lalu (tahun 2017) telah mengembangkan Program Nexticon atau dikenal dengan Next Indonesia Unicorn setelah sebelumnya yaitu pada tahun 2016 Kominfo memiliki program gerakan 1000 start-up di Indonesia. Dan di tahun 2019 ini ditargetkan sudah memiliki lima start-up unicorn (DIGINATION.id).

Sebagaimana diketahui, saat ini Indonesia telah memiliki empat unicorn yaitu Gojek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak. Unicorn adalah sebutan bagi start-up alias perusahaan rintisan yang bernilai di atas 1 miliar dolar AS atau setara Rp 13,5 triliun (kurs Rp 13.500 per dolar AS).

Gojek baru-baru ini menerima kucuran dana dari Google sebesar 1,2 miliar dollar AS. Hal ini menjadikan valuasi Gojek saat ini ditaksir mencapai 4 miliar dolar AS atau lebih dari Rp 53 triliun.

PT Tokopedia terakhir mendapatkan suntikan sebesar 1,1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 14,7 triliun dari Alibaba Group pada Agustus 2017 silam. Sebelumnya, Tokopedia juga menerima pendanaan pada 2014 lalu dari Softbank Japan dan Sequoia Capital senilai 100 juta dollar AS atau Rp 1,3 triliun.

Sementara, Traveloka mendapatkan pendanaan dari perusahaan travel asal Amerika Serikat (AS), Expedia, pada Juni 2017 senilai 350 juta dolar AS atau sekitar Rp 4,6 triliun. Dengan total pendanaan tersebut, Traveloka kini telah mencapai nilai valuasi lebih dari 2 miliar dolar AS atau setara Rp 26,6 triliun.

Adapun CEO Bukalapak Achmad Zaky menyebut Bukalapak telah memiliki valuasi lebih dari Rp 13,5 triliun (Indonesiainside.id).

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement