Ahad 10 Jul 2022 00:37 WIB

Ahli: Pola Distribusi Galon Guna Ulang Perparah Paparan BPA

Paparan BPA yang terlepas dari kemasan polikarbonat dapat mengganggu kesehatan

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Pola distribusi galon guna ulang yang buruk bisa memperparah pelepasan (migrasi) bahan kimia berbahaya Bisfenol A (BPA). Ilustrasi.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pola distribusi galon guna ulang yang buruk bisa memperparah pelepasan (migrasi) bahan kimia berbahaya Bisfenol A (BPA). Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA - Pola distribusi galon guna ulang yang buruk bisa memperparah pelepasan (migrasi) bahan kimia berbahaya Bisfenol A (BPA). Demikian diungkapkan peneliti senior Universitas Airlangga. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Junadi Khotib, mengatakan ada penelitian tentang kinetika pelepasan BPA dari kemasan polikarbonat.

Semakin tinggi kadar BPA dalam kemasan polikarbonat, BPA yang dilepaskan juga makin tinggi. "Hanya saja, pelepasan ini sangat tergantung pada suhu dan tingkat keasaman. Ketika dalam distribusi dan produksi, kemasan galon air minum terpapar cahaya matahari langsung sehingga suhunya meningkat, tentu di sana sangat cepat terjadi migrasi," ujarnya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (9/7/2022).

Baca Juga

Menurut Junaidi, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tak boleh lagi membiarkan masyarakat terus-menerus terpapar bahan kimia BPA mengingat efeknya pada kesehatan. Efek itu termasuk gangguan perkembangan otak dan mental anak usia dini.

BPOM bisa memperkecil peluang paparan risiko BPA melalui pemberian label pada kemasan makanan dan minuman. "Itu bagian dari edukasi publik sekaligus bentuk perlindungan untuk masa depan anak-anak Indonesia," katanya.

Sampai saat ini masyarakat belum banyak mengetahui risiko BPA pada galon polikarbonat. Padahal pelepasan BPA ke dalam makanan atau minuman adalah sesuatu yang jamak pada kemasan pangan dari jenis plastik polikarbonat. Data BPOM menyebut 96,4 persen galon bermerek yang beredar luas di pasaran menggunakan kemasan polikarbonat, jenis plastik keras yang pembuatannya menggunakan bahan campuran BPA.

Penelitian mutakhir BPOM atas level migrasi BPA pada galon guna ulang, baik di fasilitas produksi, distribusi, dan peredaran menunjukkan pelepasan bahan kimia itu sudah sangat mengkhawatirkan. Hal senada diungkapkan Guru Besar bidang pemrosesan pangan Departemen Teknik Kimia Universitas Diponegoro Andri Cahyo Kumoro. Ia mengatakan produsen air minum dalam kemasan (AMDK) kerap mengangkut air galon dengan seenaknya. Galon kerap terpapar sinar matahari langsung dan terguncang-guncang.

"Ini sangat berpotensi menjadikan BPA terlepas dengan cepat," katanya menanggapi penilaian produsen AMDK yang abai menjaga mutu dan kualitas air kemasan hingga sampai ke tangan konsumen.

Menurut dia, pola distribusi yang seenaknya itu terjadi karena masyarakat banyak yang belum mengetahui bahaya paparan BPA. Karena itu, pelabelan BPA pada kemasan galon adalah pilihan tepat untuk mendidik masyarakat. "Saran saya produsen beralih ke kemasan yang lebih aman, yang bebas BPA," kata Andri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement