Sabtu 09 Jul 2022 08:03 WIB

Jepang Tekankan Data Statistik untuk Atasi Krisis Pangan

Diperlukan langkah tegas untuk mencegah pembatasan ekspor oleh Rusia.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (kanan) menyambut Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi dalam Pertemuan Menteri Luar Negeri G20 di Nusa Dua, Bali, Jumat (8/7/2022).
Foto: ANTARA/POOL/Sigid Kurniawan
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (kanan) menyambut Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi dalam Pertemuan Menteri Luar Negeri G20 di Nusa Dua, Bali, Jumat (8/7/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Di Pertemuan Menteri Luar Negeri G20, Menteri Luar Negeri Jepang Hayashi Yoshamasa mengatakan sangat penting menggunakan data statistik yang netral dan akurat dalam krisis pangan saat ini. Ia mencontohkan data statistik Sistem Data Informasi Pasar Pertanian (AMIS) yang dilahirkan G20 dan Dewan Gandum Internasional (IGC).

Hal ini ia sampaikan dalam sesi yang membahas pentingnya kerja sama internasional dalam menghadapi kenaikan harga pangan dan energi dan peran G20  di dalamnya. Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba turut hadir dalam sesi ini. 

Baca Juga

Dalam pernyataannya pada Jumat (8/8/2022) usai pertemuan tersebut Hayashi menekankan langkah ini diperlukan untuk mencegah pembatasan ekspor politis sewenang-wenang Rusia. Ia menambahkan krisis di Ukraina saat ini membuat masyarakat internasional mengakui pentingnya mempercepat transisi energi yang realistis sambil memastikan keamanan energi.

Hayashi mengatakan masyarakat internasional harus mempertimbangkan semua langkah termasuk mendiversifikasi minyak dan pasokan gas alam, memfasilitasi investasi pada pembangunan hulu, mempromosikan tenaga nuklir, hidrogen, amonia, dan meningkatkan energi berkelanjutan.

Dalam kesempatan ini ia mengungkapkan keprihatinan mendalam semakin memburuknya agresi Rusia pada Ukraina. Ia menekankan akses pada energi tidak boleh dihilangkan untuk mengatasi kemiskinan dan disparitas. Juga karena berkaitan langsung dengan pertanian dan industri.

Ia menekankan demi menjaga akses pada energi penting kerja sama dilakukan berdasarkan karakter setiap negara dan kawasan.

"Melalui dialog kerangka kerja dengan berbagai kawasan seperti Tokyo International Conference on African Development (TICAD) and the Pacific Islands Leaders Meeting (PALM), Jepang akan melanjutkan bantuan untuk meningkatkan akses energi berdasarkan situasi masing-masing negara termasuk geologi dan iklim," kata Hayashi dalam pernyataan tersebut.

Ia mengatakan memastikan ketahanan pangan dan energi merupakan hal fundamental agar masyarakat dapat hidup dengan bermartabat. Jepang akan berupaya penuh dan bekerja sama dengan setiap negara untuk mengatasi krisis tak biasa saat ini yang disebabkan Rusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement