Jumat 08 Jul 2022 01:06 WIB

Pelukis Iran Rekam Jejak Kehidupan Teheran

Televisi pemerintah Iran secara teratur menyiarkan pelajaran melukis.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Penduduk Teheran yang terbiasa dengan lalu lintas yang bergerak lambat, terik di musim panas, dan tercekik dalam kabut asap mungkin terkejut menemukan semakin banyak pelukis luar ruangan yang menikmati pesona bersejarah ibu kota Iran. Kota metropolitan yang penuh sesak mungkin berdebu dan membutuhkan keindahan, tetapi lekukan dari gang-gang yang membentuk Teheran tua menarik banyak seniman keluar dari studio yang sempit ke jalan-jalan terbuka.

Para seniman ini tidak hanya untuk menangkap fenomena lingkungan lama Teheran yang menghilang, mereka membantu melestarikannya sebab banyak daerah telah dibuldoser. Pelukis Hassan Naderali menggunakan sapuan kuas dan warna-warna cerah untuk menangkap permainan cahaya dan kedipan gerakan dalam gaya impresionis. Dengan hasrat untuk melukis en plein air atau dalam bahasa Prancis untuk "di udara terbuka", Naderali berusaha menggambarkan keindahan di lingkungannya yang bobrok.

Baca Juga

Teheran telah berubah menjadi kota yang berpenduduk lebih dari 10 juta orang dari hanya 4,5 juta pada saat Revolusi Islam 1979. Lonjakan populasi bertepatan dengan migrasi massal ke Teheran setelah invasi diktator Irak Saddam Hussein pada 1980-an.

Ketika peluang pekerjaan dan pendidikan menarik lebih banyak orang ke ibu kota, pemerintah menanggapi krisis perumahan yang muncul dengan pembangunan real estat besar-besaran. Beberapa permata kota abad ke-19 yang dibangun oleh raja-raja Qajarusai pemindahan ibu kota Iran ke Teheran pada 1796 telah hilang dan digantikan menara apartemen baru dalam beberapa dekade terakhir.

Tapi, melalui media sosial, para seniman dan sejarawan telah berusaha untuk melawan amnesia budaya di tengah meningkatnya penghancuran. "Media sosial telah menyebabkan kesadaran di antara orang-orang tentang risiko yang membahayakan bangunan tua bersejarah,” kata pakar seni Mostafa Mirzaeian, mengacu pada istana dekaden Qajars, yang terkenal dengan mosaik cermin yang rumit.

"Orang-orang belajar tentang nilai tempat yang lebih tua dan memperhatikan dimensi budaya dan seni mereka," katanya.

Bagi penggemar melukis di tempat terbuka seperti Somayyeh Abedini dorongan konservasi bersifat pribadi. Dia seorang pegawai pemerintah dan penduduk lingkungan bersejarah Oudlajan di Teheran.

Cakrawala melengkung, lorong-lorong rimbun, dan vila-vila berdinding Oudlajan berfungsi sebagai inspirasinya. Gambaran itu membangkitkan kenangan tentang ayahnya yang menghabiskan seluruh hidupnya dan meninggal di lingkungan itu.

"Tempat-tempat tua di lingkungan itu adalah akar kami, warisan kami. Sayang sekali banyak dari mereka dihancurkan," kata Abedini.

Praktik melukis di luar ruangan di Teheran berkembang pesat selama pandemi. Banyak yang menemukan pelipur lara dan inspirasi di bawah langit terbuka ketika galeri dan museum tutup selama berbulan-bulan dan proyek konstruksi terhenti.

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement