Jumat 08 Jul 2022 00:33 WIB

Presiden Sri Lanka Telepon Pemimpin Rusia Cari Bahan Bakar

Krisis ekonomi Sri Lanka telah menyebabkan kekurangan bahan bakar yang buruk.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Friska Yolandha
Seorang pria duduk di sebelah kaleng bensin di sebuah pompa bensin di tengah kekurangan bahan bakar di Kolombo, Sri Lanka, 17 Mei 2022. Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa, melakukan panggilan telepon dengan pemimpin Rusia Vladimir Putin meminta dukungan kredit untuk mengimpor bahan bakar.
Foto: EPA-EFE/CHAMILA KARUNARATHNE
Seorang pria duduk di sebelah kaleng bensin di sebuah pompa bensin di tengah kekurangan bahan bakar di Kolombo, Sri Lanka, 17 Mei 2022. Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa, melakukan panggilan telepon dengan pemimpin Rusia Vladimir Putin meminta dukungan kredit untuk mengimpor bahan bakar.

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa, melakukan panggilan telepon dengan pemimpin Rusia Vladimir Putin meminta dukungan kredit untuk mengimpor bahan bakar untuk negara kepulauan yang menghadapi krisis ekonomi terburuk dalam sejarah itu, Rabu (6/7/2022). Sri Lanka dilaporkan telah kehabisan pasokan bahan bakar.

“(Saya) melakukan telecon sangat produktif dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Sambil berterima kasih kepadanya atas semua dukungan yang diberikan oleh pemerintahnya mengatasi tantangan masa lalu, saya meminta tawaran dukungan kredit untuk mengimpor bahan bakar ke #lka dalam mengalahkan tantangan ekonomi saat ini,” kata Rajapaksa dalam cicitannya.

Baca Juga

Negara-negara Barat sebagian besar telah memotong impor energi dari Rusia, sejalan dengan sanksi atas perang terhadap Ukraina. Sebelumnya, Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe mengatakan bahwa pemerintah akan mencari sumber lain terlebih dahulu, tetapi belum berhasil.

Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada akhir Februari lalu, harga minyak global telah meroket. Kondisi itu mendorong sejumlah negara untuk mencari minyak mentah Rusia, yang ditawarkan dengan diskon besar-besaran.

Krisis ekonomi Sri Lanka telah menyebabkan kekurangan bahan bakar yang buruk, yang memaksa pemerintah untuk menutup sekolah dan meminta karyawan bekerja dari rumah untuk mengurangi konsumsi stok terbatas itu. Pemerintah mengatakan bahwa tidak ada entitas yang mau memasok minyak ke Sri Lanka, bahkan untuk uang tunai karena perusahaan minyaknya berutang banyak.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement