Kamis 07 Jul 2022 00:15 WIB

Dikuasai Rusia, Lysychansk Sunyi Seperti Kota Mati

Lysychansk sunyi seperti kota mati, kota di wilayah timur Ukraina itu hancur

Petugas SAR dan penduduk setempat mengambil mayat dari bawah puing-puing sebuah bangunan setelah serangan udara Rusia di Lysychansk, wilayah Luhansk, Ukraina, Kamis, 16 Juni 2022.
Foto: AP/Efrem Lukatsky
Petugas SAR dan penduduk setempat mengambil mayat dari bawah puing-puing sebuah bangunan setelah serangan udara Rusia di Lysychansk, wilayah Luhansk, Ukraina, Kamis, 16 Juni 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Lysychansk sunyi seperti kota mati pada Selasa (5/7/2022) ketika penduduknya tinggal di tempat perlindungan dan ruang bawah tanah setelah kota itu jatuh ke tangan pasukan Rusia. Kota di wilayah timur Ukraina yang pernah ditinggali 100 ribu orang itu hancur. Banyak gedung hangus terbakar, kendaraan terbalik di jalanan dan puing-puing menjadi bukti sengitnya pertempuran di sana.

Tatiana Glushenko, penduduk Lysychansk berusia 45 tahun, mengatakan orang-orang masih bersembunyi di ruang bawah tanah dan tempat perlindungan bom. Dia mengatakan bersama keluarganya dia memutuskan untuk tetap bertahan di Lysychansk karena khawatir dengan keselamatan mereka jika pindah ke daerah lain di Ukraina.

"Seluruh Ukraina sedang dihujani roket: Ukraina barat, Ukraina tengah, Dnipro, Kiev, di mana-mana. Jadi kami memutuskan untuk tidak membahayakan jiwa kami dan tetap di sini, setidaknya di rumah," kata dia. Namun, Glushenko berharap perdamaian akan kembali ke kotanya dan "akan ada ketertiban".

Sejak mengalihkan agresinya dari ibu kota Kiev di awal invasi, Rusia memfokuskan serangan ke Donbas, wilayah industri yang mencakup Luhansk dan Donetsk, di mana kelompok separatis pro-Moskow telah bertempur dengan tentara Ukraina sejak 2014. Rusia mengatakan perebutan Lysychansk pada Ahad, sepekan setelah kota Sievierdonetsk jatuh, memberi mereka kekuasaan di Luhansk, salah satu tujuan utama perang mereka di Ukraina.

Baca juga : G20 FMM: Indonesia Akhirnya Bisa Hadirkan Menlu AS dan Menlu Rusia

Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan "operasi militer khusus" ke negara tetangganya itu pada 24 Februari untuk menjaga keamanan Rusia dan melindungi orang-orang berbahasa Rusia di Ukraina. Rusia membantah telah sengaja menyerang warga sipil, tetapi hampir lima bulan berlangsung, perang itu telah menewaskan ribuan orang, mengusir jutaan lainnya dan meluluhlantakkan kota-kota, khususnya di wilayah berbahasa Rusia di bagian timur dan tenggara.

Bagi wanita lanjut usia Lysychansk, Evgenia, membangun kembali rumahnya dari reruntuhan menjadi pekerjaan yang amat sulit.

"Atapnya rusak. Anda harus memperbaikinya, tetapi dengan cara apa dan bagaimana membayarnya? Di mana? Dari siapa? Musim dingin akan segera datang pula, sayang," kata Evgenia, sambil duduk di tempat penampungan yang gelap.

Baca juga : Uni Eropa Siapkan Rencana Darurat untuk Atasi Pemutusan Gas Rusia

 

sumber : Antara / Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement