Selasa 05 Jul 2022 19:24 WIB

Robotic Surgery Mulai Populer, Bisa untuk Penanganan Kasus Apa Saja?

Robotic surgery tidak bisa untuk menangani semua kasus yang butuh pembedahan.

Ruang operasi (ilustrasi). Robotic surgery merupakan cara pembedahan melalui bantuan alat robotik.
Foto: pixabay
Ruang operasi (ilustrasi). Robotic surgery merupakan cara pembedahan melalui bantuan alat robotik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter ahli bedah robotik RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung Reno Rudiman mengatakan, robotic surgery mulai populer di dunia medis. Operasi tersebut juga dimanfaatkan untuk keperluan bedah pasien obesitas dalam menurunkan berat badan.

"Operasi apa saja yang bisa dilakukan robotic surgery? Salah satunya pembedahan bariatrik yang saat ini mulai populer, yaitu untuk menurunkan berat badan pasien obesitas," kata dr Reno yang diwawancarai via Zoom di Jakarta, dikutip Selasa (5/7/2022).

Baca Juga

Dr Reno mengatakan, cara pembedahan melalui bantuan alat robotik atau robotic surgery dikendalikan menggunakan konsol di tangan dokter bedah sebagai remote jarak jauh. Mesin akan menerjemahkan setiap gerakan tangan pembedah ke lengan robot di tubuh pasien.

Dr Reno mengatakan, gerakan robot sangat akurat dan presisi sebab tremor tangan dokter bedah dapat diabsorbsi sehingga gerakan instrumen tetap stabil. Robotik juga membuat posisi operator lebih ergonomis, sehingga tidak melelahkan untuk operasi yang memakan waktu lama.

Robot bedah juga memiliki kemampuan menangani bedah digestif di saluran pencernaan, pengangkatan kantung empedu dan usus buntu, potongan usus besar pada kasus tumor, reseksi, pankreas, liver, limpa. Pada bedah thoraks atau rongga dada, menurut dr Reno, meliputi pemulihan sakit jantung, dan paru.

Selain itu, robotic surgery juga bisa menangani bedah urologi, seperti pada ginjal dan kandung kemih. "Bahkan kalau kanker prostat di Amerika Serikat itu sudah standarnya harus dengan robot, karena sangat sulit dijangkau dengan pembedahan biasa, sedangkan lengan robot bisa masuk ke daerah yang sulit dan sangat presisi mengangkat prostat yang kena kanker," ujarnya.

Pada bidang bedah kandungan ginekologi, robot tersebut mampu menangani pasien dengan kasus mioma, kista indung telur, hingga permasalahan ovarium. Dr Reno menyebut, hingga saat ini tidak semua penyakit mampu dijangkau robot, misalnya, pasien dengan kondisi jaringan yang dioperasi terlalu besar ukurannya, banyak perlengketan bekas operasi sebelumnya, terdapat komorbid penyakit paru atau jantung.

"Tidak semua tentu bisa dilakukan secara robot, jadi ada kelemahannya kalau jaringan yang dioperasi terlalu besar percuma dengan robot karena luka yang besar," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement