Selasa 05 Jul 2022 17:59 WIB

Tuberkulosis Ancam Para Narapidana Penjara Wanita di Iran

Sejumlah tahanan wanita di penjara Iran terinfeksi tuberkulosis

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
Penjara/ilustrasi. Sejumlah tahanan wanita di penjara Iran terinfeksi tuberkulosis
Foto: pixabay
Penjara/ilustrasi. Sejumlah tahanan wanita di penjara Iran terinfeksi tuberkulosis

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN — Seorang mantan tahanan dan aktivis di Iran, mengatakan kasus tuberkulosis telah meradang di dalam tahanan wanita Iran. Sebanyak 40 kasus tuberkulosis dilaporkan muncul di penjara wanita.

Situs wabah yang dilaporkan, Penjara Qarchak, dianggap sebagai salah satu yang paling berbahaya di Iran karena kondisi medis dan psikologisnya yang tidak manusiawi. 

Baca Juga

Penjara Qarchak terletak di daerah Varamin. Kondisi penjara sendiri tidak bersih dan penuh sesak dengan narapidana, menimbulkan kekhawatiran penyakit tersebut dapat dengan mudah menyebar. 

Atena Daemi adalah seorang aktivis hak-hak anak dan mantan tahanan politik yang baru-baru ini dibebaskan dari penjara setelah menjalani hukuman tujuh tahun. Dia mengatakan wabah itu dilaporkan di bangsal enam penjara. 

“Sekitar 40 orang di Bangsal 6 LP Qarchak diduga mengidap TBC dan sudah menjalani pemeriksaan. Ada 100 tahanan di bangsal ini,” kata Daemi di Twitter, dilansir dari The National News, Selasa (5/7/2022). 

Penjara Qarchak baru-baru ini berganti nama menjadi Penjara Wanita Besar Teheran, dan ini adalah penjara wanita terbesar di Timur Tengah dengan populasi sekitar 1.500 orang dalam bahaya.

Tuberkulosis disebabkan bakteri yang  disebut Mycobacterium tuberculosis. Ini menyebar melalui menghirup tetesan dari batuk atau bersin dan menyerang paru-paru, tetapi dapat menyebar ke bagian lain dari tubuh.

Pada 2020, perkiraan WHO menempatkan tingkat TB di antara penduduk Iran pada 13 dari setiap 100 ribu orang. Ada vaksin untuk penyakit ini yaitu  Bacille Calmette-Guerin.

Daemi telah menghabiskan setidaknya tujuh tahun di penjara di seluruh negeri termasuk penjara Evin, Warchak dan Lakan karena mempromosikan hak-hak sipil, manusia dan anak-anak serta menentang hukuman mati.

Pekan lalu dia mengatakan kasus pertama terdeteksi pada pertengahan Juni dan wanita tersebut hanya dikarantina selama seminggu sebelum dipindahkan kembali ke bangsal enam.

“Karena kurangnya perawatan terhadap narapidana di bangsal enam, tiga orang lagi sekarang terinfeksi,” katanya di Instagram pekan lalu.

“Kondisi yang tidak memadai dan tidak manusiawi di Qarchak dan jumlah narapidana yang banyak, semua narapidana berisiko terkena semua jenis penyakit,” tambahnya.

Awal tahun ini, Amnesty International menerbitkan sebuah laporan yang menuduh pejabat Iran melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang mengejutkan di seluruh negeri.

Organisasi tersebut mendokumentasikan bagaimana otoritas penjara secara rutin menyebabkan atau berkontribusi pada kematian dalam tahanan, termasuk dengan memblokir atau menunda akses tahanan ke perawatan rumah sakit darurat.

“Pengabaian mengerikan pihak berwenang Iran terhadap kehidupan manusia telah secara efektif mengubah penjara Iran menjadi ruang tunggu kematian bagi tahanan yang sakit, di mana kondisi yang dapat diobati secara tragis menjadi fatal,” kata Wakil Direktur Regional Amnesty International untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Diana Eltahawy.

“Kematian dalam tahanan akibat penolakan perawatan kesehatan yang disengaja sama dengan perampasan kehidupan secara sewenang-wenang, yang merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang serius di bawah hukum internasional,” kata dia.

 

 

Sumber: thenationalnews 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement