Selasa 05 Jul 2022 10:44 WIB

Inflasi Korsel Melonjak ke Level Tertinggi dalam 24 Tahun

Inflasi Korsel melonjak sejak krisis keuangan Asia dalam kurun waktu 24 tahun

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Inflasi Juni Korea Selatan (Korsel) melonjak ke laju tercepat sejak krisis keuangan Asia dalam hampir 24 tahun.
Foto: AP/Lee Jin-man
Inflasi Juni Korea Selatan (Korsel) melonjak ke laju tercepat sejak krisis keuangan Asia dalam hampir 24 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL - Inflasi Juni Korea Selatan (Korsel) melonjak ke laju tercepat sejak krisis keuangan Asia dalam hampir 24 tahun. Data pemerintah pada Selasa (5/7/2022) menunjukkan Indeks Harga Konsumen (IHK) naik 6,0 persen pada Juni secara tahunan (yoy).

Kenaikan ini adalah yang tercepat sejak November 1998 dan melebihi target 2 persen Bank Central of Korea (BOK) untuk 15 bulan berturut-turut. Secara bulanan, IHK juga melesat dari kenaikan 5,4 persen pada Mei dan melampaui 5,9 persen yang diperkirakan dalam jajak pendapat Reuters.

Data Selasa muncul setelah Gubernur BOK Rhee Chang-yong mengatakan dia akan tetap membuka pintu untuk kemungkinan kenaikan 50 basis poin. Ini ia tetapkan ketika ia juga memantau data ekonomi utama sebelum keputusan suku bunga bank berikutnya pada 13 Juli. Kenaikan suku bunga setengah poin persentase, jika disampaikan, akan menjadi yang pertama kali dalam sejarah bank sentral.

Dalam pertemuan yang diadakan setelah rilis data inflasi, wakil gubernur BOK Lee Hwan-seok mengatakan bank perlu sangat waspada terhadap penguatan lebih lanjut dari ekspektasi inflasi. Ia menuturkan tren inflasi saat ini akan berlanjut untuk saat ini.

Kontrak berjangka September pada obligasi treasury tiga tahun naik 0,15 poin, sedangkan pada obligasi 10-tahun naik 0,09 poin. Kospi (.KS11) naik 1,77 persen ke 2.341,08 dan won naik tipis.

BOK telah memberikan lima kenaikan suku bunga 25 basis poin sejak Agustus lalu menjadi 1,75 persen, tertinggi sejak pertengahan 2019. Ini membuat BOK bergabung dengan gelombang pengetatan kebijakan global ketika bank sentral bergulat dengan lonjakan harga yang tidak terlihat dalam beberapa dekade.

Peluang kenaikan 50 basis poin telah berkembang setelah Federal Reserve AS pada Juni menaikkan suku bunganya sebesar 75 basis poin. Banyak pengamat pasar berspekulasi BOK ingin menjaga kenaikan suku bunga antara Korsel dan AS untuk memperlambat arus keluar modal.

"Data ini meningkatkan kemungkinan kenaikan langkah besar pada Juli," kata Ahn Jae-kyun, seorang analis di Shinhan Financial Investment. "Ekspektasi inflasi juga berada pada level yang tinggi, jadi meskipun inflasi utamanya tidak mencapai 6 persen, BOK sekarang memiliki semua alasan yang tepat untuk mengambil langkah besar."

BOK melihat lintasan inflasi lebih tinggi dari yang diproyeksikan sebelumnya dan mengatakan akan menilai dengan cermat beban pembayaran utang untuk menentukan apakah kenaikan setengah poin akan tepat. Meski begitu, analis telah memperingatkan bahwa utang rumah tangga pada tingkat rekor dan pertumbuhan ekspor yang melambat berarti BOK tidak boleh terburu-buru menaikkan suku bunga.

Sementara itu penjualan barang-barang Korsel di luar negeri mencatat pertumbuhan paling lambat dalam 19 bulan di bulan Juni. Ini pun memicu kekhawatiran tentang kesehatan ekonomi.

"Pembuatan kebijakan akan menjadi semakin sulit karena mereka memiliki campuran risiko inflasi naik dan risiko pertumbuhan ekonomi turun yang terus berlanjut untuk saat ini," kata seorang analis di JPMorgan Chase Bank, Park Seok-gil. "Kami mengharapkan kenaikan suku bunga 50 basis poin pada bulan Juli oleh BOK dan tiga kenaikan 25-basis ppin untuk sisa tahun ini," imbuhnya.

IHK inti, yang tidak termasuk harga makanan dan energi yang bergejolak, naik 3,9 persen dari tahun lalu, laju tercepat sejak Februari 2009. IHK Juni naik 0,6 persen setiap bulan, juga melebihi kenaikan 0,5 persen yang terlihat dalam survei.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement