Senin 04 Jul 2022 11:31 WIB

Sri Lanka Perpanjang Penutupan Sekolah

Sri Lanka masih tak punya cukup bahan bakar untuk guru dan siswa berangkat sekolah.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
 Orang-orang menunggu untuk membeli minyak tanah di sebuah pompa bensin di tengah kelangkaan bahan bakar di Kolombo, Sri Lanka, 07 Juni 2022. Sri Lanka menghadapi krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dasawarsa karena kurangnya devisa, yang mengakibatkan kelangkaan pangan, bahan bakar, obat-obatan. , dan barang impor. Protes telah mengguncang negara itu selama berminggu-minggu, menyerukan pengunduran diri presiden atas dugaan kegagalan mengatasi krisis ekonomi yang memburuk saat ini.
Foto: EPA-EFE/CHAMILA KARUNARATHNE
Orang-orang menunggu untuk membeli minyak tanah di sebuah pompa bensin di tengah kelangkaan bahan bakar di Kolombo, Sri Lanka, 07 Juni 2022. Sri Lanka menghadapi krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dasawarsa karena kurangnya devisa, yang mengakibatkan kelangkaan pangan, bahan bakar, obat-obatan. , dan barang impor. Protes telah mengguncang negara itu selama berminggu-minggu, menyerukan pengunduran diri presiden atas dugaan kegagalan mengatasi krisis ekonomi yang memburuk saat ini.

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Sri Lanka memperpanjang penutupan sekolah selama satu pekan, Ahad (3/7/2022). Negara ini masih tidak memiliki cukup bahan bakar yang bisa digunakan oleh guru dan orang tua untuk membawa anak-anak ke ruang kelas.

Bulan lalu, sekolah ditutup secara nasional selama sehari karena kekurangan bahan bakar dan tetap ditutup selama dua pekan terakhir di daerah perkotaan. Sekolah akan tetap ditutup hingga Jumat  (8/7/2022) .

Baca Juga

"Mencari uang adalah sebuah tantangan. Ini tantangan besar," kata Menteri Tenaga dan Energi Kanchana Wijesekera.

Wijesekera mengatakan, pemerintah telah memesan stok bahan bakar baru dan kapal pertama dengan 40.000 metrik ton solar. Pengiriman ini diharapkan tiba pada Jumat, sementara kapal pertama yang membawa bensin akan datang pada 22 Juli.

Beberapa pengiriman bahan bakar lainnya sedang dalam proses. Namun, Wijesekera mengatakan, pihak berwenang sedang berjuang untuk menemukan 587 juta dolar AS untuk membayar bahan bakar. Dia membeberkan bahwa Sri Lanka berutang sekitar 800 juta dolar AS kepada tujuh pemasok bahan bakar.

Utang luar negeri yang besar telah membuat pulau di Samudra Hindia itu tidak memiliki pemasok yang mau menjual bahan bakar secara kredit. Sri Lanka telah mendapatkan sebagian besar kebutuhan bahan bakarnya dari negara tetangga India, yang memberikannya batas kredit. Pemerintah mengatakan, sedang bernegosiasi dengan pemasok di Rusia dan Malaysia.

Stok yang tersedia hanya cukup untuk beberapa hari dan hanya akan disediakan untuk layanan penting, termasuk pekerja kesehatan dan pelabuhan, transportasi umum, dan distribusi makanan. Pihak berwenang juga mengumumkan pemadaman listrik di seluruh negeri hingga tiga jam sehari mulai Senin (4/7/2022). Mereka tidak dapat memasok bahan bakar yang cukup ke pembangkit listrik.

Pemadaman listrik telah menjadi bencana bagi perekonomian Sri Lanka selama berbulan-bulan. Kondisi ini ditambah dengan kekurangan bahan pokok yang parah termasuk gas untuk memasak, obat-obatan, dan impor makanan.

Wijesekera mengatakan, masalah utama adalah kurangnya dolar dan mengimbau sekitar dua juta orang Sri Lanka yang bekerja di luar negeri untuk mengirim pulang pendapatan devisa melalui bank, bukan saluran informal. Dia mengatakan remitansi pekerja, yang biasanya mencapai 600 juta dolar AS per bulan, telah turun menjadi 318 juta dolar AS pada Juni.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement