Selasa 28 Jun 2011 19:01 WIB

Gawat! Banyak Anak Korban Pelecehan Belum Terlindungi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Banyak anak yang menjadi korban kekerasan dan pelecehan seksual belum mendapat perlindungan optimal, kata psikolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Endang Ekowarni. "Pekerjaan anak adalah bermain, tetapi kenyataan di Indonesia banyak di antara mereka yang diajak bekerja dan dijual sebagai komoditas seksual," katanya dalam diskusi Kajian Ilmiah Perkembangan Anak, di Yogyakarta, Selasa (28/6).

Ia mengatakan trauma psikologi pada anak-anak yang menjadi korban kekerasan dan pelecehan seksual sulit dihilangkan dari ingatan anak, sepanjang pelaku masih berada dan tinggal tidak jauh dari lingkungan si anak. "Ada rasa takut, karena pelakunya adalah orang dekat, sebelah rumah atau serumah. Jadi pelaku kekerasan seksual pada anak diharuskan keluar dari lingkungan si anak agar tidak menimbulkan rasa trauma," katanya.

Menurut dia, anak tidak mudah untuk melepaskan trauma karena kebanyakan pelaku masih dalam lingkungan si anak, sehingga trauma yang terbangun dalam memorinya mengikuti karakter perkembangan anak. "Anehnya, hakim atau jaksa di pengadilan belum sepenuhnya mempercayai pengakuan anak yang menjadi korban pelecehan seksual. Tidak jarang di setiap persidangan, hakim mendatangkan psikolog untuk memberikan pendapat atas pengakuan korban," katanya.

Ia mengatakan dalam kasus pelecehan seksual, kebanyakan anak tidak pernah berbohong. Meskipun dalam visum sering disebutkan organ kelamin anak mengalami luka atau trauma akibat benda tumpul.

Anak biasanya berbohong untuk hal-hal khusus terhadap sesuatu yang tidak disukainya, seperti makan, mandi, dan mengerjakan pekerjaan rumah. Namun, jika menjadi korban pelecehan seksual, si anak pasti tidak akan berbohong karena organ seksual mereka masih mengalami sakit dan nyeri.

"Oleh karena itu, untuk lebih mengetahui tentang psikologi anak, para penegak hukum perlu lebih banyak membaca buku perkembangan anak," kata Guru Besar Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.

sumber : a
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement