Senin 27 Jun 2011 12:29 WIB

Ini Dia Bisnis Menggiurkan di Perbatasan Papua-PNG

Rep: Agung Sasongko/ Red: Krisman Purwoko
Bisnis pakaian nampaknya jadi usaha menjanjikan di pasar perbatasan Papua-PNG
Foto: yamcoglobal.blogspot.com
Bisnis pakaian nampaknya jadi usaha menjanjikan di pasar perbatasan Papua-PNG

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Berbisnis pakaian jadi di pasar perbatasan nampaknya tengah menjadi usaha menjanjikan di Papua. Gejala ini terlihat dari banyaknya pedagang penjual pakaian di pasar Skow, Muara Tani, Jayapura.

 

Kordinator Marketing Point, pengelola pasar Skow, Ahmad bin S.M, mengatakan, pasar Skow umumnya didominasi oleh pedagang kelontong, pakaian, elektronik dan bahan bangunan. Khusus pedagang pakaian jadi, Ahmad mengatakan jumlahnya mencapai 100 orang. 

Jumlah tersebut terbilang mayoritas mengingat penghuni pasar Skow hanya mencapai 163 pedagang. “Jumlah pedagang pakaian jadi memang dominan,” papar Ahmad Abah, sapaan akrabnya, kepada republika.co.id, via sambungan telepon, Senin (27/6).

Data yang dirilis Marketing Point Mei 2011 mencatat omset pasar tersebut pada bulai Mei mencapai RP. 4.447 miliar.  Dari jumlah tersebut, Rp. 2 miliar disumbangkan pakaian jadi. Disusul kelontong, eletronik, bahan bangunan dan pecah belah.

Ahmad mengatakan, khusus hari besar seperti Natal dan Paskah, omset pakaian jadi naik signifikan. Pada hari besar tersebut omset pasar naik 200 hingga 300 persen. Menurut dia,  kenaikan signifikan bakalan sering terjadi apabila perbatasan Indonesia-PNG dibuka setiap hari. Selama ini, PNG hanya membuka perbatasan pada hari Selasa, Kamis dan Sabtu untuk berbelanja lintas batas.

Lantaran potensinya yang besar, Ahmad mengatakan pemerintah Indonesia perlu melobi pemerintah PNG untuk memperbolehkan perbatasan dibuka setiap hari. Dengan demikian, menurut Ahmad, pengaruhnya besar sekali pada omset pasar Skow, utamanya bisnis pakaian jadi. “Saya kira, banyak penyeberang liar yang melangar aturan, PNG mau tidak mau perlu mempertimbangkan kemungkinan itu,” kata dia.

Dikatakan Ahmad, dominasi pedagang pakaian tidak terlepas dari modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar ketimbang pedagang kelontong apalagi elektronik. Menurut dia, satu orang pedagang pakaian membutuhkan modal Rp 30-75 juta. Sementara setiap hari, omset pedagang pakaian minimal Rp 10 juta. “Mereka (warga PNG) sekali beli banyak, 70 persennya untuk dikenakan pribadi, sementara 30 persennya untuk dijual kembali,” kata Ahmad.

Adapun jenis pakaian yang dijual sangat bervariasi. Mulai dari pakaian anak-anak hingga dewasa. Bahkan saat demam Justien Bieber, pakaian yang terdapat gambar penyanyi remaja asal Kanada tersebut laris manis. “Jangan salah, pasar di sini mengenal tren juga,” kata dia sembari terkekek.

Batik dan Tanah Abang

Selain  menjual pakaian jadi, pasar Skow juga menyelipkan pakaian batik. Namun, tidak seperti pakaian jadi, batik belum begitu diminati. Namun, ada saja pembeli dari PNG yang membeli batik. 

Yang menarik, ada semacam persaingan antaran batik asal Jawa dan Batik Papua. Ahmad mengatakan, batik Papua kalah populer ketimbang batik Jawa. “Batik Papua kurang laku, justru batik asal Jawa yang diminati,” kata dia.

Selain coraknya yang berbeda, Ahmad mengatakan, harga batik Jawa lebih terjangkau. Untuk satu batik Papua, pembeli harus merogoh kocek hingga Rp. 150-200 ribu. Sementara batik asal Jawa hanya dibanderol Rp. 50-70 ribu rupiah. “Jadi, batik Papua lebih mahal 300 persen dari batik Jawa,” kata dia.

Mahalnya harga batik Papua, menurut Ahmad, tidak terlepas dari proses pembuatannya. Rata-rata batik asal Papua merupakan buatan rumah dengan proses pembuatan yang cukup memakan waktu. Belum lagi, bahan yang digunakan harus didatangkan terlebih dahulu dari Makasar atau Jawa. 

Ahmad mengatakan sebagaian besar dari pasokan pakaian jadi berasal dari Tanah Abang, Jakarta. Selain Tanah Abang, pasokan pakaian jadi Pasar Skow diambil dari Bandung dan Surabaya.

Meskipun jarak tempuhnya sangat jauh, menurut dia, harga pakaian Tanah Abang dengan pakaian jadi asal Bandung dan Surabaya cukup kompetitif. Misalnya saja, kaos dari Tanah Abang dibanderol Rp 10 ribu, maka harga di Papua mencapai Rp 30 ribu. Perbedaan harga pakaian jadi asal Jakarta dengan harga Bandung dan Surabaya tidak jauh berbeda. “Bisa jadi, baik Surabaya atau Bandung, pasokannya dari Tanah Abang juga,” kata dia.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement