Senin 04 Apr 2011 19:28 WIB

Pelabuhan Merak Kembali Normal

Rep: Muhammad Hafil/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,CILEGON--Antrean ribuan truk yang akan melakukan penyeberangan dari Pelabuhan Merak, Banten ke Pelabuhan Bakauheni, Lampung mulai terurai. Meski ekor antrean truk sudah keluar dari ruas Tol Tangerang–Merak namun PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry tidak bisa menjamin kondisi antrean truk dapat teratasi secara permanen.

Ekor antrean mulai keluar dari Tol Tangerang – Merak sejak Senin (4/4) dini hari. Antrean terus menyusut hingga tinggal satu kilometer dari Pelabuhan Merak pada sore hari.  

Kepala Biro Sekretaris Perusahaan PT ASDP Indonesia Ferry, Kristin Hutabarat, mengatakan, antrean truk di Merak mulai terurai seiring dengan normalnya kondisi cuaca di Perairan Selat Sunda. “Sehingga kapal sudah mudah melakukan sandar dan bongkar muat,” kata Kristin Hutabarat, Senin (4/4).

Namun, Kristin tidak berani menjamin antrean truk di Merak akan tetap normal. Karena, kondisi cuaca di Perairan Selat Sunda sangat sulit diprediksi. “Kalau masalah cuaca buruk, kita tidak bisa menghindarinya,” kata Kristin.

Menurut Kristin, dalam kondisi cuaca normal, Pelabuhan Merak bisa mengoperasikan sekitar 21 kapal roll on - roll off (ro-ro) yang mampu melayani penyeberangan ribuan truk yang tengah antrea. Sebab, jika 21 kapal itu dioperasikan secara maksimal maka target perjalanan sebanyak 80 trip bisa tercapai dalam sehari. “Tapi kalau ada kapal yang gagal sandar akibat cuaca buruk maka target tripnya bisa tidak tercapai,” kata Kristin.

Untuk mengatasi kesulitan sandar, PT ASDP Indonesia Ferry dalam waktu dekat akan menyediakan kapal tug boat untuk membantu kapal ro-ro bersandar saat kondisi cuaca buruk terjadi. Tidak hanya itu, kata Kristin, Pelabuhan Merak telah memiliki rencana membuat dermaga eksekutif untuk mengoperasikan kapal  yang memiliki kecepatan tinggi. “Jadi kita akan melakukan pengelompokan kapal sesuai dengan kecepatannya di setiap dermaga,” kata Kristin.

Sementara itu, Wakil Ketua DPP Asosiasi Ferry Indonesia, Bambang Haryo, mengatakan, kendala cuaca di Perairan Selat Sunda memang sulit diprediksi, namun hal tersebut bukan menjadi alasan utama tertundanya pelayaran. Yang menjadi kendala justru infrastruktu di Pelabuhan Merak itu sendiri.

Sebab, pembangunan dermaga di pelabuhan tidak dibarengi dengan pembangunan pemecah gelombang (break water). Sehingga sangat wajar, jika terjadi cuaca buruk kapal-kapal yang beroperasi di lintasan Pelabuhan Merak mengalami kesulitan sandar dan mengulur waktu untuk melakukan bongkar muat. “Seharusnya sebelum membuat dermaga itu, terlebih dahulu membuat break water,” kata Bambang.

Menurut Bambang, antrean panjang bakal terulang lagi sepanjang tidak ada perbaikan infrastruktur dan pelayanan secara signifikan. Untuk melancarkan penyeberangan Merak – Bakauheni, kata Bambang, regulator (Kementerian Perhubungan) harus bisa merubah regulasi yang saat ini diterapkan.

Sebab, ada regulasi yang justru menghambat pelayanan penyeberangan Merak-Bakauheni,  yakni mengharuskan kapal berlayar dengan kecepatan yang sangat lambat atau sekitar 7,5 knot. Padahal, kapal tersebut seharusnya berlayar dengan kecepatan minimal 10 knot. Dengan adanya ketentuan itu, pelayanan penyebarangan jadi lamban dan  target perjalanan (trip) tidak tercapai.

Ketentuan pembatasan kecepatan kapal itu, hanya untuk memenuhi waktu tempuh kapal yang berlayar dari Pelabuhan Merak ke Pelabuhan Bakauheni selama dua jam. “Padahal waktu tempuh yang bisa dicapai dengan kapal yang ada, sebetulnya cukup satu jam saja,” kata Bambang. Ditengarai waktu tempuh kapal sengaja diperlambat agar, jumlah kendaraan yang mengantre di pelabuhan bisa membludak dan dapat mengungtungkan operator pelabuhan dan pengusaha.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement