Senin 06 Feb 2012 15:47 WIB

Astagfirullah, 15 Ribu Balita di Sukabumi Kurang Gizi

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Ramdhan Muhaimin
Gizi Buruk (ilustrasi)
Gizi Buruk (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI — Angka gizi buruk yang dialami bayi dibawah lima tahun (balita) di Indonesia masih terbilang tinggi. Salah satu contoh yang diambil adalah jumlah yang terjdi di Sukabumi, Jawa Barat. Jumlah balita penderita gizi buruk di kabupaten tersebut mencapai 15.800 balita.

Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukabumi menyebutkan, total jumlah balita mencapai sekitar 200 ribu balita. Dari jumlah tersebut sebesar 7,9 persen di antaranya mengalami kurang gizi.

Rinciannya sebanyak 7 persen merupakan balita gizi kurang. Sementara sisanya 0,9 persen merupakan balita sangat kurang gizi.

"Besarnya angka gizi kurang dipengaruhi buruknya pola asuh ibu," terang Kepala Seksi Gizi, Dinkes Kabupaten Sukabumi, Dani Sujata, kepada Republika, Senin (6/2). 

Pasalnya, banyak balita yang pengasuhannya diserahkan kepada orang lain. Akibatnya, pemberian air susu ibu (ASI) ekslusif untuk balita tidak bisa maksimal. Padahal, pemberian ASI sangat penting untuk perkembangan kesehatan balita.

Bahkan data Dinkes menerangkan, pemberian ASI ekslusif yang dilakukan ibu wajib menyusui masih rendah. Angka pemakaian ASI ekslusif masih di bawah 50 persen dari jumlah ibu wajib menyusui.

Selain pola asuh yang salah, pengaruh himpitan ekonomi juga menjadi penyebab balita gizi kurang. Hal ini disebabkan asupan gizi balita kurang diperhatikan karena masalah kemiskinan.

Di samping kategori kurang gizi, Dinkes juga memetakan ada sekitar 3,82 persen balita ( setara dengan 7.640 balita) di Sukabumi yang kondisi badannya kurus dan sangat kurus. Rinciannya, sebanyak 0,39 persen balita sangat kurus dan sisanya 3,43 persen balita kurus.

Untuk menekan angka balita gizi kurang, Dinkes telah melakukan sejumlah langkah intervensi. Di antaranya dengan memberikan penyuluhan dan pemulihan kondisi balita. "Upaya pemberian makanan tambahan (PMT) terus digalakan," imbuh Dani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement