REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjadi gubernur Jakarta, secara tidak langsung juga menjadi gubernur jabodetabek. Hal ini diungkapkan pengamat perkotaan, Yayat supriyatna. "Jakarta tidak mungkin hidup tanpa wilaya di sekitarnya, yaitu Depok, Tangerang, Bekasi, dan Bogor. Dia harus bisa mengakomodasi semua daerah yang ada sehingga masalah Jakarta bisa diurai perlahan," ujarnya pada Sabtu (03/03).
Masalah Jakarta sebetulnya bisa diselesaikan apabila ada komunikasi dan kerjasama yang baik. Yayat mengatakan, Jakarta harus berbagi masalah. Dia mencontohkan pembuangan sampah yang meluas ke daerah lain, pembangunan apartemen serta mall yang meluas ke daerah pinggiran.
Masalah peran yang tidak seimbang juga ditengarai sebagai kegagalan konsep megapolitan. Dalam konsep ini seharusnya Jakarta dan daerah sekitarnya saling menuntungkan. "Tapi ternyata hal ini tidak terjadi. Bagaimana mungkin mereka mau ikut berpartisipasi dalam pembangunan kalau hanya dapat masalah," ujar Yayat.
Hal yang sama dikatakan juga oleh sejarawan Betawi JJ. Rizal. "Pemimpin Jakarta harus berfikir global. Dia tidak boleh hanya berfikir lokal Jakarta. Sejak zaman Belanda, Jakarta memang sudah didesain sebagai kota yang besar. Bahkan meluas sampai Purwakarta," ujarnya.
Menanggapi hal ini bakal calon gubernur DKI Jakarta, Tantowi Yahya mengatakan, tidak akan menggunakan konsep daerah penyangga. "Saya akan berusaha tidak menggunakan kata daerah penyangga. Kata-kata ini menimbulkan gap. Seolah-olah Jakarta ada di atas. Padahal untuk bisa maju harus ada kerja sama," katanya.
Selain itu pihaknya akan memaksimalkan peran kepala daerah sekitar Jakarta. Pembagian peran ini dilakukan supaya pembangunan Jakarta bisa berjalan seimbang. "Jangan hanya bagian tertentu saja. Semua harus maju bersama," kata Tantowi
Ikuti Whatsapp Channel Republika
