Ahad 03 Jul 2022 00:16 WIB

Waduh, Kasus Covid-19 Kota Bandung Naik Hampir 300 Persen

Dinkes Bandung melaporkan kasus Covid-19 harian telah mencapai 365 pasien

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Vaksinator menyuntikkan vaksin Covid-19 dosis ketiga (booster) ke warga di Posko Vaksinasi Covid-19 Terminal Cicaheum, Kota Bandung. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Ahyani Raksanagara mengakui bahwa kenaikan kasus juga terjadi di Kota Bandung. Kenaikan, kata dia, hampir menyentuh angka 300 persen, dengan penambahan 246 kasus dari 119 kasus.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Vaksinator menyuntikkan vaksin Covid-19 dosis ketiga (booster) ke warga di Posko Vaksinasi Covid-19 Terminal Cicaheum, Kota Bandung. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Ahyani Raksanagara mengakui bahwa kenaikan kasus juga terjadi di Kota Bandung. Kenaikan, kata dia, hampir menyentuh angka 300 persen, dengan penambahan 246 kasus dari 119 kasus.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Indonesia menjadi negara dengan kenaikan kasus positif mingguan tertinggi dalam skala global, dengan kenaikan 620 persen dalam 28 hari terakhir. Angka tersebut mengalahkan Bangladesh dengan kenaikan 500 persen dalam 22 hari, Inggris 380 persen dalam 23 hari, Italia 241 persen dalam 25 hari, Jerman 209 persen dalam 22 hari, Singapura 116 persen dalam 18 hari, Malaysia 49 persen dalam 19 hari dan Amerika Serikat dengan 14 persen dalam delapan hari. 

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Ahyani Raksanagara mengakui bahwa kenaikan kasus juga terjadi di Kota Bandung. Kenaikan, kata dia, hampir menyentuh angka 300 persen, dengan penambahan 246 kasus dari 119 kasus. 

“Jadi di Kota Bandung, selama dua pekan belakangan, ada kenaikan kasus dari 119 kasus per tanggal 18 Juni,  sekarang sudah di 365, jadi ada kenaikan sekitar 300 persen,” kata Ahyani saat dihubungi Republika, Sabtu (2/7/2022). 

Kenaikan kasus ini, kata dia, disebabkan oleh beberapa indikator, salah satunya keberadaan sub varian Covid-19 baru, BA4 dan BA5 yang sudah mulai terdeteksi di beberapa wilayah. Ahyani mengatakan, meski secara khusus Kota Bandung belum melaporkan temuan sub varian baru ini, namun dia memprediksikan bahwa sub varian virus Omicron ini menjadi salah satu penyebab meningkatnya kasus Covid-19 di Kota Bandung. 

“Kenaikan kasus ini kan kita tau karena juga percepatan penyebaran karena adanya Sub varian baru dan juga karena kegiatan kegiatan sudah banyak yang dilonggarkan. Dan juga ada faktor dari masyarakat yang kurang prokesnya,” kata dia. 

“Walaupun memang kalau sampel yang langsung dari kita (Kota Bandung) belum ada tapi kita pikir itu tidak menjadi hal utama, karena memang mobilitas Penduduk sangat tinggi, dan sudah patut diduga bahkan di Kota Bandung juga sudah ada (BA4 dan BA5), walaupun memang belum ada sampel langsung,” sambungnya. 

Saat ditanya rencana untuk merevisi aturan pembatasan, Ahyani mengatakan masih menunggu arahan dari pemerintah pusat. Menurutnya, per tanggal 4 Juli, kemungkinan akan diadakan diskusi lanjutan terkait penilaian maupun kemungkinan penerapan kebijakan baru. 

“Nanti hari Selasa mungkin akan ada penilaian baru dari pemerintah pusat, seperti apa situasinya, karena harus sinkron dengan situasi dan keputusan tingkat nasional,” kata dia. 

“Jadi kita masih menunggu penilaian atau analisa dari pemerintah pusat untuk pembatasan kegitan atau aktivitas di masyarakat, dan kota bandung sejauh ini sudah mematuhi sesuai level yang ditetapkan,” pungkasnya. 

Sebelumnya, Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito melaporkan bahwa Indonesia telah mencapai kenaikan kasus positif hingga 620 persen. Wiku mengatakan di Indonesia sendiri selama 2 hari berturut-turut kasus harian terus berada di atas angka 2.000 kasus. Meskipun angka ini terbilang tidak besar jika dibandingkan dengan angka pada berbagai puncak kasus yang telah dilewati, namun tetap perlu segera ditekan, agar tidak semakin bertambah, terlebih kasus positif di Indonesia.

Berkaca pada grafik kasus per bulan di tahun 2021 di bulan yang sama dengan sekarang yaitu Mei hingga Juni, terjadi kenaikan sebesar lebih dari 200.000 kasus, yaitu dari 153.000 menjadi 356.000 kasus selama dua bulan. Angka tersebut mencapai puncak di bulan Juli 2021 sebesar total penambahan lebih dari 1 juta kasus selama bulan Juli 2021.

Wiku mengatakan perlu diingat bahwa di tahun lalu karena ini baru mengalami penurunan setelah tiga bulan. Kenaikan kasus ini terjadi pasca Idul Fitri dan Idul Adha, dan juga diperkuat dengan periode libur anak sekolah. Namun dia memastikan bahwa tahun ini angka pada periode bulan yang sama masih terbilang jauh lebih kecil dibandingkan tahun lalu yang mencapai 350 kasus dalam satu bulan, sedangkan di tahun ini di bulan Juni ini hanya sebesar 31.000 kasus bulanan angka di bulan lalu, yaitu bulan Mei bahkan lebih kecil lagi yaitu hanya 8.000 kasus bulanan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement