Selasa 28 Jun 2022 17:57 WIB

Menanamkan Budaya Lokal Justru Kini Semakin Penting

Pentas seni wayang kulit memiliki banyak makna filosofis.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Rektor UII memegang wayang kulit Gatotkaca.
Foto: Dokumen
Rektor UII memegang wayang kulit Gatotkaca.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Islam Indonesia (UII) kolaborasi dengan Dinas Kebudayaaan (Kundho Kabudayan) Kabupaten Sleman menghelat Pagelaran Wayang Kulit. Digelar dengan lakon 'Aji Narantaka' bersama bersama Ki Dalang Prasetya Banar Wicaksana.

Dalam sambutannya, Rektor UII, Prof Fathul Wahid mengatakan, pentas seni wayang kulit memiliki banyak makna filosofis. Misalnya, pengetahuan sederhana tentang kanan dan kiri, jahat dan baik, dan yang jahat pasti dikalahkan oleh yang baik.

"Di samping itu, pagelaran wayang kulit ini juga memiliki makna nilai persatuan, tidak boleh sombong dan lain-lain," kata Fathul di Gedung Kuliah Umum Sardjito, Kampus Terpadu UII, Selasa (28/6/2022).

Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman, Edy Winarya berharap, generasi muda hari ini dapat berpartisipasi aktif dalam melestarikan melestarikan budaya-budaya lokal Indonesia maupun Kabupaten Sleman. Salah satunya wayang kulit.

"Yang telah ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya dunia oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO)," ujar Edy.

Dosen Bahasa dan Sastra Jawa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Prof Suwarno Pringgodigdo, memberi deskripsi singkat mengenai pagelaran. Mulai kekuatan Aji Narantaka, filosofi yang terkandung sampai eksistensi wayang kulit di Indonesia.

Menurut Suwarno, tekun dalam belajar merupakan salah satu bentuk implementasi nyata dalam menghadapi perkembangan zaman. Dunia ini akan ditentukan oleh orang-orang yang pintar, kepintaran semua masyarakat akan menentukan masa depan.

"Begitulah mahasiswa dalam menggeluti ilmu. Kemajuan dan perkembangan ilmu baru, harus maju terus kita karena ilmu baru akan jadi referensi kita," kata Suwarno.

Ia menekankan, dalam cerita pewayangan tokoh perempuan turut mengambil peran penting. Salah satunya tokoh Srikandi Meguru Manah, dan dideskripsikan sebagai perempuan yang tekun belajar memanah dalam kisahnya bersama Arjuna.

Dalam lakon pewayangan yang dikisahkan Ki Dalang Prasetya Banar Wicaksana, Aji Narantaka merupakan ilmu yang menjadikan manusia terkuat dan tidak terkalahkan. Tapi, Gatotkaca sebagai tokoh utama tidak boleh sembarang menagplikasikannya.

Pagelaran itu menceritakan kisah Gatotkaca saat mencari Aji Narantaka, tidak lain guna mengalahkan Dursala yang menjadi antagonis. Sayangnya, kekuatan itu membuatnya menjadi pribadi sombong, menantang semua orang, bahkan perempuan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement