Ahad 26 Jun 2022 01:10 WIB

Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5, Perlukah Booster?

Subvarian omicron BA.4 dan BA.5 diketahui bisa menghindar dari kekebalan tubuh.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Nora Azizah
Subvarian omicron BA.4 dan BA.5 diketahui bisa menghindar dari kekebalan tubuh.
Foto: www.pixabay.com
Subvarian omicron BA.4 dan BA.5 diketahui bisa menghindar dari kekebalan tubuh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masuknya subvarian omicron BA.4 dan BA.5 bisa menurunkan kadar kekebalan tubuh orang yang sudah mendapatkan vaksin Covid-19 dosis primer hingga penguat (booster). Namun, apakah perlu ditambah dengan vaksin booster dosis kedua untuk melawan virus?

Ketua Komite Penasehat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI) Sri Rezeki Hadinegoro mengakui, subvarian BA.4 dan BA.5 menjadi masalah Indonesia. Ia menjelaskan, subvarian ini bisa menghindar dari kekebalan tubuh sehingga vmengubah dirinya supaya tetap bertahan. 

Baca Juga

"Manusia tentu berjuang melawannya. Tetapi kalau ditanya apakah perlu vaksin Covid-19 booster kedua? sebetulnya prokes yang harus diperkuat lagi karena banyak sekali yang tidak memakai masker, jalan-jalan, makan bersama, mengobrol yang tidak menggunkan masker," ujarnya dalam sebuah konferensi virtual, Sabtu (25/6/2022).

Ia menambahkan, pengabaian prokes ini sebetulnya harus dicegah. Tak hanya itu, ia meminta masyarakat segera mendapatkan vaksinasi Covid-19. Namun, ia mengingatkan cakupan vaksin Covid-19 dosis primer yang mensyaratkan minimal 70 persen belum selesai.

"Ayo bereskan dulu tahap demi tahap. Kalau itu (vaksin dosis primer) sudah selesai, masih ada vaksin Covid-19 booster dosis pertama yang juga belum beres," katanya.

Ia menegaskan, cakupan vaksinasi Covid-19 menjadi hal yang penting. Artinya, kalau ada yang belum diimunisasi dan tertular virus ini bisa menjadi sumber untuk mutasi. Jadi, ia menegaskan tidak bisa semerta-merta memberikan vaksin booster dosis kedua sedangkan di sisi lain persoalan vaksin dosis primer dan booster belum selesai.

"Ini tantangan kita, kita harus lindungi kelompok yang punya kemungkinan terpapar lebih banyak, misalnya tenaga kesehatan, lansjut usia (lansia)," ujarnya.

Ia menambahkan, jika lansia terkena varian omicron maka kondisinya bisa jadi lebih berat dan perlu dibawa ke rumah sakit atau dirawat di ruang intensif (ICU). Kelompok ini juga banyak yang punya penyakit penyerta tidak terkontrol atau jika ada yang memiliki defisiensi kekebalan.

"Jadi, pasti menghabiskan keuangan negara," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement