Kamis 23 Jun 2022 17:31 WIB

BI Beijing dan KJRI Guangzhou Dorong UMKM Indonesia Ekspor ke China

Produk dan kapasitas UMKM harus konsisten, agar ekspornya berkesinambungan.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Pekerja menata kerajian dekorasi (ilustrasi). Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Beijing dan Konsulat Jenderal RI di Guangzhou mendorong para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Indonesia untuk mengekspor produk mereka ke China.
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Pekerja menata kerajian dekorasi (ilustrasi). Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Beijing dan Konsulat Jenderal RI di Guangzhou mendorong para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Indonesia untuk mengekspor produk mereka ke China.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Beijing dan Konsulat Jenderal RI di Guangzhou mendorong pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Indonesia mengekspor produk mereka ke China melalui pelatihan singkat yang digelar secara daring, Kamis (23/6/2022).

Pelatihan yang diikuti ratusan UMKM tersebut dibuka secara langsung oleh Duta Besar RI untuk China dan Mongolia Djauhari Oratmangun. Dalam sambutan pembukaannya, Djauhari menjelaskan bahwa peringkat Indonesia sebagai mitra dagang China di ASEAN naik dari posisi kelima menjadi ketiga dalam tiga tahun terakhir.

Baca Juga

Nilai perdagangan tahun ini hingga April mencapai 44,36 miliar dolar AS (Rp 657,97 triliun) atau meningkat 28,35 persen dibandingkan periode yang sama pada 2021. "Apakah susah berdagang di China? Memang banyak lika-likunya, tapi harus tetap semangat. Buktinya kita bisa meningkatkan peringkat. Kita memang masih di bawah Vietnam dan Malaysia, tapi sudah mampu melampaui Thailand dan Singapura," ujar Djauhari.

Menurut dia, karakter pasar di China sangat dinamis sehingga para eksportir harus memiliki kekhususan dan keunggulan produk agar mendapatkan ceruk pasar di China.

Peningkatan neraca perdagangan Indonesia dengan China juga didukung oleh pemberlakuan mekanisme penyelesaian transaksi bilateral (LCS) dengan menggunakan mata uang rupiah dan yuan yang telah disepakati oleh BI dan bank sentral China (PBOC).

"Penggunaan skema LCS ini lebih efisien karena transaksi lebih hemat dari sisi waktu dan biaya tanpa konversi ke mata uang lain. Ini memberi kesempatan kepada pelaku ekspor untuk terus berkembang," kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo, menambahkan.

Ia mencatat pada 2021 ada transaksi melalui mekanisme LCS, yang sebagian besar menggunakan yuan dan yen, yang nilainya setara 2,5 miliar dolar AS (Rp 37,08 triliun) atau naik tiga kali lipat dari 2020.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Didi Sumedi berharap para pelaku UMKM konsisten dengan usaha yang ditekuni, baik dari segi produk maupun kapasitas, agar ekspor mereka bisa berkesinambungan. "Beberapa hal yang perlu dipersiapkan pengusaha agar bisa menembus pasar ekspor adalah kualitas dan standar produk, pelajari kondisi pasar negara tujuan ekspor, dan manfaatkan digital marketing," kata mantan Kepala Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei itu.

Direktur Eksekutif Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (Indonesia Eximbank) Riyani Tirtoso, Direktur Pengawasan Peredaran Pangan Olahan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Ratna Irawati, dan perwakilan Overseas Promminent Brands of China Leo Chenjuga turut membagikan kiat-kiat ekspor ke China.

Kepala BI Beijing Tutuk SH Cahyono, Konsul Jenderal RI di Guangzhou Ben Perkasa Drajat, Konsul Jenderal RI di Shanghai Denny Kurnia, dan Atase Perdagangan Kedutaan Besar RI di Beijing Marina Novira Anggraeni turut hadir dalam webinar tersebut.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement