Rabu 22 Jun 2022 16:53 WIB

Presiden Minta Pertamina tak Andalkan Subsidi, Pertamina: Kami Terus Berhemat

Penghematan dinilai jadi cara terbaik.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Fuji Pratiwi
 Pertamina terus melakukan serangkaian inovasi dan terobosan untuk mengoptimalkan biaya.
Foto: Pertamina
Pertamina terus melakukan serangkaian inovasi dan terobosan untuk mengoptimalkan biaya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjawab arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar tidak hanya mengandalkan turunnya subsidi dari pemerintah, Pertamina mengaku telah melakukan serangkaian upaya efisiensi dan mengoptimalkan biaya. Penghematan dinilai jadi cara terbaik untuk dapat mengubah tantangan menjadi prestasi.

Pj Vice President Corporate Communication Pertamina Heppy Wulansari menjelaskan, pada tahun lalu, Pertamina bisa menghemat Rp 32 triliun. Efisiensi tersebut diperoleh dari program penghematan biaya (cost saving) sebesar Rp 20 triliun, penghindaran biaya (cost avoidance) Rp 5 triliun serta tambahan pendapatan (revenue growth) sekitar Rp 7 triliun.

Baca Juga

"Dengan efisiensi, kami bisa bertahan di tengah dinamika global yang tak terprediksi dan mencatatkan laba bersih Rp 29,3 triliun pada 2021" ujar Heppy, Rabu (22/6/2022).

Di sektor hulu yang menerima windfall profit dari tingginya harga Indonesia Crude Price (ICP), Pertamina mampu melakukan optimasi biaya produksi dan services melalui serangkaian terobosan mulai dari budget tolerance profile, optimasi intervensi sumur, hingga penghematan konsumsi chemical dan penggunaan bahan bakar. Jurus ini berbuah penghematan Rp6,2 triliun atau lebih tinggi 10 persen dari target Rp5,6 triliun.

Lebih lanjut Heppy menuturkan, pada proses pengadaan minyak mentah dan produk, Pertamina menerapkan optimasi biaya pengadaan Medium Crude melalui aktivitas blending Heavy & Light Crude, Renegosiasi alpha, advance procurement, pembelian distress cargo, co-load delivery, dan extensive delivery date range, dan optimasi portofolio impor LPG (Multisource, Direct Sourcing dan Trading Swap). Meski rumit, tapi hasilnya baik dengan menekan biaya hingga Rp 2,8 triliun.  

Lalu, sektor pengangkutan dan distribusi energi, optimasi biaya juga menuai ganjaran positif sebesar Rp 4,1 triliun dengan trik, antara lain perubahan pola suplai crude dan produk, perubahan rute dan jenis kapal, optimasi bunker, optimasi pola supply logistic serta optimasi biaya distribusi, handling dan storage dan renegosiasi tarif alur pelayaran, renegosiasi tanker charter rate, dan lain-lain.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement