Selasa 21 Jun 2022 00:20 WIB

Petani Badui Kembangkan Budi Daya Kencur

Budi daya kencur sangat mudah dan tidak banyak pemeliharaan.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Warga Suku Baduy membuat lubang menggunakan golok untuk menanam benih kencur di Desa Kanekes, Lebak, Banten, Senin (2/9/2019). Sejumlah petani Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, melakukan gerakan budi daya kencur yang dinilai teknologinya mudah.
Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Warga Suku Baduy membuat lubang menggunakan golok untuk menanam benih kencur di Desa Kanekes, Lebak, Banten, Senin (2/9/2019). Sejumlah petani Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, melakukan gerakan budi daya kencur yang dinilai teknologinya mudah.

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Sejumlah petani Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, melakukan gerakan budi daya kencur yang dinilai teknologinya mudah. Budi daya kencur ini guna meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat adat.

"Petani Badui hingga kini budi daya tanaman kencur. Kecur menjadi andalan pendapatan ekonomi tahunan. Kami bisa menghasilkan pendapatan dari panen kencur hingga belasan juta rupiah, " kata Santa (45 tahun) seorang petani Badui di Lebak, Banten, Senin (20/6/2022).

Baca Juga

Petani Badui melakukan gerakan menanam kencur di perkebunan dan ladang. Budi daya kencur sangat mudah dan tidak banyak pemeliharaan dan perawatan, cukup menanam potongan benih kencur ke lubang tanah hingga dipanen. Waktunya selama 10 bulan.

Saat ini, kata dia, harga kencur di tingkat pedagang pengumpul Rp 10 ribu/ kilogram. "Kami bisa meraup penghasilandari panen kencur Rp 14 juta dengan produksi tujuh kuintal dan harga Rp 20 ribu/kg," kata Santa yang mengelola lahan cukup luas.

Hal senada juga diungkapkan petani Badui lainnya, Pulung (60 tahun) warga Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, bahwa dirinya merasa terbantu dengan hasil pertanian berupa kencur. Penghasilannya mencapai Rp 14 juta dari tanam seluas satu hektare, dengan produksi tujuh kuintal atau 700 kilogram.

Penanaman kencur biasanya dengan sistem tumpang sari bersama tanaman jagung, sayur-sayuran dan pisang. "Kami menanam kencur di luar kawasan masyarakat adat di Kecamatan Leuwidamar, " katanya.

Asep (50 tahun) petani Badui menambahkan, selama ini tanaman kencur menjadi andalan ekonomi petani Badui, selain jahe, pisang, endok tiwu dan sayuran. Permintaan kencur cenderung meningkat untuk dipasok ke Pasar Rangkasbitung dan Tangerang hingga Jakarta. "Kami bisa menjual hasil panen sebanyak 500 kilogramdenganharga Rp 20 ribu/kilogram," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Rahmat Yuniar mengatakan pemerintah daerah mendorong petani Badui agar memperluas budi daya kencur, sebab produksi kencur di daerah ini hanya petani Badui. Kelebihan tanaman kencur Badui itu asli organik tanpa menggunakan pupuk kimia.

"Kami minta petani Badui terus melakukan gerakan tanaman kencur untuk kesejahteraan masyarakat Badui," kata Rahmat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement