Selasa 21 Jun 2022 05:38 WIB

Tradisi Minum Teh di Turki yang Melebur ke Arsitektur Masjid

Eynesil terkenal dengan tehnya.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Menara Masjid di Eyensil, Turki.
Foto: Daily Sabah
Menara Masjid di Eyensil, Turki.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Wilayah Laut Hitam Turki memiliki medan yang tidak rata dan sering memaksa penduduknya untuk memunculkan solusi arsitektur yang kreatif. Namun, medan yang terjal tidak selalu mendorong imajinasi para perancang bangunan di daerah berpenduduk sedikit, yang dipenuhi pegunungan membentang di sepanjang pantai.

Bagi para pendiri masjid di kota Eynesil di provinsi Giresun, pencarian simbol untuk kota mereka telah menghasilkan menara masjid baru yang dirancang menyerupai samovar (wadah logam yang biasa digunakan untuk membuat teh).

Baca Juga

Wilayah Giresun sendiri sebetulnya tidak terlalu dikenal sebagai "pusat teh" di Turki. Kehormatan itu milik Rize, yang merupakan provinsi Laut Hitam lainnya di mana produksi teh adalah bisnis utamanya. Namun, kota Eynesil di provinsi tersebut, atau yang dikenal dengan ekspor kacangnya, bangga dengan lima pabrik teh dan pengabdian penduduknya pada kebiasaan nasional Turki ini.

Dengan pemikiran itulah, sekelompok dermawan di kota kuno di pantai Laut Hitam berangkat untuk membangun sebuah masjid pada tahun 1987. Konstruksi mengandalkan sumbangan dan memakan waktu 35 tahun karena sentuhan desainer yang indah menghiasi masjid.

Sebuah menara unik berwarna krem yang bisa dibedakan dari yang lain karena bentuknya seperti samovar, bagaimanapun, sudah menarik pengunjung. Masjid Hijau itu dikelilingi oleh lanskap subur yang kadang-kadang dirusak oleh bangunan di sana-sini. Menara masjid membutuhkan waktu lebih dari empat tahun untuk dibangun, jauh lebih lama daripada menara tradisional yang menghiasi masjid-masjid di negara itu.

Ayhan Tufanoğlu, kepala asosiasi yang didirikan untuk pembangunan masjid, mengatakan mereka berusaha membangun sebuah masjid yang layak dipuji karena keindahannya seperti yang dilakukan nenek moyang mereka. Tufanoğlu, yang juga bekerja sebagai pekerja konstruksi di masjid, mengatakan bahwa mereka mengerjakan detail halus dari setiap blok batu yang membentuk masjid.

"Untuk menara, kami membawa batu berwarna berbeda dari tempat yang berbeda. Batu-batu hijau diangkut dari kota terdekat ren. Batu kuning dibawa dari provinsi Bayburt dan batu merah dikumpulkan dari Kürtün Stream," katanya, dilansir Daily Sabah, Senin (20/6).

Eynesil terkenal dengan tehnya dan warga di sana ingin membuatnya lebih dikenal, dengan mewakilinya di masjid mereka. "Samovar juga merupakan simbol persatuan, menyatukan banyak orang untuk minum teh, seperti orang-orang yang berkumpul berjamaah untuk sholat di masjid," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement