Sabtu 18 Jun 2022 10:37 WIB

Ancaman Perangkat Mobile Turun Secara Signifikan, Kaspersky Tetap Imbau Pengguna Waspada

Kaspersky menyoroti ancaman siber terkait lanskap malware seluler di Indonesia di masa sebelum dan setelah pandemi. Baca di sini.

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Kejahatan siber (Unsplash)
Kejahatan siber (Unsplash)

Pandemi Covid-19 masih berdampak signifikan terhadap Indonesia, terutama dalam hal digitalisasi termasuk kebergantungan pengguna terhadap perangkat mobile mereka. Kali ini Kaspersky menyoroti ancaman siber terkait lanskap malware seluler di Indonesia di masa sebelum dan setelah pandemi.

Melansir dari  siaran resminya, Jumat (17/06), data statistik Kaspersky dari 2019–2021 menunjukkan lanskap ancaman malware seluler di Indonesia mengalami penurunan sebesar 32,51%. Selain itu, ancaman malware mobile banking di Indonesia juga mengalami penurunan signifikan, yaitu sebesar 75,49% dalam tiga tahun terakhir.

Baca Juga: Bahaya Ancaman Siber Phising, Berikut Tips Jaga Keamanan Siber dari Kaspersky

Meskipun terjadi penurunan jumlah serangan terhadap pengguna perangkat mobile di Indonesia, pengguna jangan lengah. Para pakar Kaspersky memperingatkan serangan bisa saja menjadi makin canggih, baik serangan malware maupun fungsionalitas perangkat.

Pada periode pelaporan, setelah lonjakan pada semester kedua 2020, aktivitas kejahatan dunia maya secara bertahap mereda, tidak ada berita global atau kampanye besar, dan topik Covid-19 mulai memudar. Pada saat yang sama, pemain baru terus muncul di arena siber karena malware menjadi lebih canggih. Dengan demikian, penurunan jumlah keseluruhan serangan dikompensasikan oleh dampak yang lebih besar dari serangan yang berhasil.

Produk Kaspersky mendeteksi dan memblokir sebanyak 375.547 deteksi ancaman malware seluler di Indonesia tahun lalu dengan deteksi terbanyak terjadi pada kuartal dua (April-Juni) dengan 123.602 deteksi. Dari lebih setengah juta (556.482) deteksi ancaman terhadap pengguna Indonesia yang terdeteksi oleh Kaspersky di 2019, ini turun sebesar 32,51% pada 2021.

Selain itu, jika dibandingkan dengan tahun 2020, statistik juga menunjukkan sedikit penurunan sebesar 0,90% dengan 378.967 seluler ancaman malware terdeteksi pada periode tersebut. Statistik di atas, meski menurun, masih menempatkan Indonesia sebagai negara ke-4 dengan deteksi malware seluler terbanyak pada tahun 2021 secara global; kemudian menyusul Rusia, Ukraina, dan Turki.

Tahun 2021 produk Kaspersky juga mendeteksi sebanyak 301 malware mobile banking terhadap Indonesia. Ini adalah penurunan secara umum (75,49%) dari 1.228 deteksi pada 2019, tetapi juga meningkat 20,88% dibandingkan dengan 249 deteksi pada tahun 2020. Era sebelum pandemi di 2019 menjadi tahun dengan dengan deteksi ancaman mobile tertinggi di Indonesia.

Hal ini terjadi karena beberapa kegiatan besar yang terjadi pada 2019, salah satunya ialah peringatan satu tahun inisiasi Making Indonesia 4.0, di mana penggunaan teknologi tinggi berbasis teknologi digital ramai digaungkan. Bagi mereka yang sangat aktif dengan kegiatan digital di perangkatnya, hal ini sekaligus membuka peluang bagi para pelaku kejahatan siber untuk masuk.

Lima malware seluler teratas yang dideteksi pada 2021 di Indonesia adalah:

  1. Trojan;
  2. Trojan-Downloader;
  3. Trojan-Dropper;
  4. Trojan-Proxy;
  5. Trojan-SMS.

"Masa depan di Asia Tenggara sudah pasti di mobile. Di permukaan, para pelaku kejahatan siber bisa menjadi terlihat makin kurang aktif karena menurunnya serangan malware seluler. Namun, ini adalah tren global dan bukan berarti kita menjadi lebih aman," ujar Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement