Sabtu 18 Jun 2022 03:20 WIB

PM Samoa Akui China Sebagai Mitra Ekonomi Menarik di Kawasan

Pengaruh China tengah berkembang di kawasan Pasifik.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Menteri Luar Negeri China Wang Yi melambai dari mobilnya setelah dia disambut oleh para pejabat pada saat kedatangannya di Nuku
Foto: Marian Kupu/ABC via AP
Menteri Luar Negeri China Wang Yi melambai dari mobilnya setelah dia disambut oleh para pejabat pada saat kedatangannya di Nuku

REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Perdana Menteri Samoa Fiame Naomi Mata'afa menegaskan bahwa keamanan di kawasan Pasifik dapat dan harus ditangani sendiri oleh negara-negara di kawasan. Namun ia mengakui China menjadi mitra ekonomi yang menarik di kawasan.

Pengaruh Cina tengah berkembang di Pasifik. Potensi militerisasi Beijing di negara-negara pulau kecil yang tersebar di Pasifik Selatan pun mengkhawatirkan negara tetangga Australia dan Selandia Baru dan sekutu mereka, Amerika Serikat.

Baca Juga

"Semua orang tertarik pada China, mereka adalah pasar yang besar, dalam daya beli, dan sebagainya," kata Mata'afa selama kunjungannya ke Selandia Baru pada Jumat (17/6/2022).

Pengaruh regional China yang meningkat disorot oleh pakta keamanan dengan Kepulauan Solomon. Belum lama ini, China juga mendorong kesepakatan kerja sama regional dengan hampir selusin negara Pasifik dalam hal kepolisian, keamanan, dan komunikasi data.

Para pemimpin Pasifik belum menyetujui rencana tersebut. Meskipun mereka telah mendiskusikannya dengan seorang pejabat tinggi China bulan lalu.

"Kami perlu sebagai kawasan untuk menangani masalah (keamanan) dalam konteks yang lebih luas dari apa yang sudah kami miliki," kata Mata'afa, mengutip kesepakatan regional sebelumnya.

Pada Juli mendatang, akan digelar pertemuan para pemimpin untuk pertemuan Forum Kepulauan Pasifik yang akan membahas pertimbangan masalah keamanan. Pertemuan ini akan menitikberatkan mengenai keamanan. Apakah mereka perlu bantuan dari luar?

"Saya pikir itu pertanyaan yang adil ketika para pemimpin berkumpul untuk mengatakan kepada Kepulauan Solomon: 'Apakah kita tidak cukup? (Apakah) ketentuan yang sudah ada tidak cukup?'" katanya.

"Ini bukan hanya untuk Kepulauan Solomon, karena mungkin terjadi di bagian lain Pasifik," imbuhnya.

Forum tersebut mengelompokkan 18 negara kepulauan di tiga kelompok budaya dan geografis Pasifik yaitu Mikronesia, Melanesia dan Polinesia, serta Australia dan Selandia Baru. Beberapa memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan sementara sebagian besar mengakui Beijing.

Mata'afa mengatakan, bahkan jika proposal China telah menjadi pakta bilateral, Samoa akan mempertimbangkan lebih lanjut manfaat yang akan diberikannya kepada negara dan mitranya.

Sejak pemilihannya tahun lalu pun, pemerintah Samoa telah mengadopsi kebijakan meja bundar yang menguraikan prioritasnya dengan negara-negara donor untuk memastikan transparansi lebih besar.

Australia dan Selandia Baru secara tradisional telah menjadi mitra keamanan dan bantuan utama bagi negara-negara kepulauan. Kedua negara itu memberikan bantuan pembangunan dan bencana serta bantuan militer sesuai kebutuhan.

Mata'afa memahami kawasan itu semakin diperebutkan, tetapi China telah lama hadir sebagai mitra diplomatik dan ekonomi. "Yang saya tidak suka adalah jika ada unsur rasisme dalam wacana," katanya.

Kawasan Pasifik pun tidak lagi hanya bagian dari narasi "Pasifik Biru" tetapi digabungkan di Indo-Pasifik yang jauh lebih besar dan membutuhkan suara yang lebih besar. "Sekarang Amerika pada dasarnya ingin kembali," katanya, mengacu pada minat baru Amerika Serikat di kawasan setelah bertahun-tahun.

"Dan itu juga, menurut saya, meningkatkan peran dan fungsi Australia dan Selandia Baru."

Semisal, lanjut Mata'afa, negara-negara Pasifik Selatan belum diajak berkonsultasi tentang pembentukan AUKUS, sebuah kelompok keamanan yang diumumkan tahun lalu yang mencakup Australia, Inggris, dan Amerika Serikat. Ia pun merasa seharusnya demikian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement