Jumat 17 Jun 2022 20:32 WIB

Muhadjir Effendy Minta Prevalensi Stunting Turun Tiga Persen per Tahun

Pemerintah targetkan angka stunting turun dari 24,4 persen ke 14 persen pada 2024.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy.
Foto: Prayogi/Republika.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, prevalensi kekerdilan atau stunting harus turun sebesar tiga persen per tahun hingga menjadi 14 persen pada 2024. Prevalensi stunting saat ini sebesar 24,4 persen.

“Presiden menargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen pada 2024. Untuk mengejar target tersebut, maka prevalensi stunting harus turun tiga persen per tahun," katanya dalam kegiatan "National Showcase SMK Bisa 2022" yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat (17/6/2022).

Baca Juga

Dia menjelaskan bahwa berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) Tahun 2021, prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 24,4 persen atau 5,33 juta balita. "Kenapa program penurunan stunting ini penting? Karena periode 1.000 hari pertama kehidupan merupakan periode emas guna memastikan perjalanan generasi penerus Indonesia," katanya.

Guna menekan angka kekerdilan dan mencetak generasi emas Indonesia Tahun 2045, Muhadjir mengingatkan, perlunya penguatan sosialisasi dan edukasi bagi para keluarga, terutama bagi remaja putri, yang nantinya akan menjadi calon ibu. "Perlu diperhatikan kondisi remaja putri yang nantinya akan menjadi calon ibu. Perlu mengonsumsi makanan bergizi seimbang guna menjaga kesehatan tubuh dan juga menghindari anemia, hal ini sangat penting sebagai upaya preventif mencegah agar bayi yang dilahirkan tidak stunting," katanya.

Menko PMK menambahkan, permasalahan kekerdilan harus ditangani secara menyeluruh mengingat Indonesia akan mencapai bonus demografi yang perlu dimanfaatkan dengan baik. "Jika persoalan kekerdilan atau stunting tidak ditangani dengan sungguh-sungguh, maka masa bonus demografi akan terlewat dan Indonesia akan sulit untuk mencapai generasi emas 2045," katanya.

Dia juga mengatakan bahwa program penanganan dan penurunan prevalensi kekerdilan perlu peran aktif dari semua pihak agar dapat terwujud sesuai dengan target yang diharapkan. "Guna menurunkan angka stunting dari 24,4 persen menjadi 14 persen pada 2024, maka diperlukan kerja sama seluruh pihak untuk mewujudkannya," katanya.

"Yang juga tidak kalah penting adalah edukasi bagi calon-calon pengantin agar dapat mempersiapkan sejumlah hal, antara lain kesehatan reproduksi, kesehatan keluarga dan cara hidup berkeluarga serta ekonomi keluarga," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement