Kamis 16 Jun 2022 20:03 WIB

Inovasi Mahasiswa Universitas Brawijaya Ini Bisa Memperpanjang Masa Simpan Telur

Saat dinyalakan, alat MPUS akan menyemprot ozon pada telur yang disimpan.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Muhammad Fakhruddin
Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) memamerkan karya inovasinya bernama MPUS. Inovasi ini bisa dimanfaatkan untuk memperpanjang masa simpan telur.
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) memamerkan karya inovasinya bernama MPUS. Inovasi ini bisa dimanfaatkan untuk memperpanjang masa simpan telur.

REPUBLIKA.CO.ID,MALANG -- Sejumlah mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) berhasil menciptakan inovasi bernama Modern Sterilization Plasma Utility System' (MPUS). Salah satu keuntungan dari inovasi ini, yakni memperpanjang masa simpan telur hingga 30 hari. 

Perwakilan tim, Hariyati mengatakan, inovasi timnya sebenarnya fokus pada sterilisasi telur. "Jadi nama alatnya MPUS, itu kepanjangan dari modern sterilization plasma utility system," kata mahasiswa Program Studi Magister Teknologi Pertanian UB ini kepada Republika, Kamis (16/6/2022).

Baca Juga

Saat dinyalakan, alat MPUS akan menyemprot ozon pada telur yang disimpan. Kandungan ini akan membunuh bakteri salmonella pada telur. Dengan demikian proses penyimpanan telur bisa semakin lama hingga satu bulan.

Menurut Hariyati, ide pembuatan MPUS sendiri berasal dari cerita teman dekatnya. Orang tua temannya mengatakan masa simpan telur selama ini tidak bagus. Hal ini karena terpengaruh suhu dan kelembaban udara. 

Pada umumnya, masa simpan telur sekitar dua pekan. Saat memasuki waktu tersebut, telur apabila diukur dengan uji apung, maka akan terapung di atas air. Jika hal ini terjadi, maka kualitas telur sudah tidak terlalu bagus.

"Dari sini, kita berinovasi untuk membuat alat tersebut yang ditargetkan bisa memperpanjang masa simpan telur," kata perempuan berhijab ini.

Inovasi MPUS sudah mulai dikembangkan sejak 2017 lalu. Namun karena masih belum sempurna, Hariyati dan tim terus berusaha mengembangkannya. Terlebih, dia memiliki target agar alat tersebut bisa digunakan oleh para peternak telur.

Selain itu, Hariyati mengaku masih banyak kekurangan pada inovasi karya timnya. Pasalnya, MPUS hanya bisa mempertahankan masa simpan telur lebih lama. Namun timnya belum bisa mempertahankan bobot yang baik untuk telur. 

"Karena kita tahu kalau beli telur pasti beratnya yang kita cari, itu yang bikin harganya berubah. Tapi untuk di ozon sendiri, pada umumnya lebih ke masa simpan telur. Untuk bobot mengalami penurunan karena masa simpan meksipun proteinnya masih bagus," kata dia menambahkan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement