Kamis 16 Jun 2022 18:09 WIB

Ekonom Sarankan BI Mulai Naikkan Suku Bunga 25 Bps

Dampak rambatan inflasi AS ke Indonesia ada dua.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Layar memampilkan logo Bank Indonesia (BI) di Jakarta. Ilustrasi
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Layar memampilkan logo Bank Indonesia (BI) di Jakarta. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah ekonom menyarankan Bank Indonesia untuk mulai menaikan suku bunga acuan setelah Bank Sentral Amerika Serikat mengumumkan kenaikan tertinggi sejak 1994, sebesar 0,75 persen. Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira mengatakan, BI bisa melakukan langkah preemptive dengan menaikan 25 bps.

"Terlalu berisiko apabila BI menahan bunga acuan karena sejauh ini transmisi inflasi tinggi di AS bisa berdampak ke Indonesia dalam 2-3 bulan kedepan," katanya pada Republika.co.id, Jumat (16/6/2022).

Baca Juga

Dampak rambatan inflasi AS ke Indonesia setidaknya ada dua. Pertama dalam transmisi perdagangan karena kebutuhan bahan baku industri dan pangan Indonesia sebagian berasal dari negara yang alami inflasi tinggi, sehingga dapat memicu penyesuaian biaya produksi di Indonesia.

Kedua, dampak di jalur moneter dengan risiko menguatnya dolar AS terhadap mata uang kawasan. Ini akan memicu pelemahan rupiah dan berdampak ke imported inflation dan biaya impor lebih mahal.

"Cost terlalu besar (jika telat) karena kita posisi emerging market," katanya.

Ekonom CORE Indonesia, Piter Abdullah Redjalam menambahkan, para investor meyakini BI akan segera merespons kenaikan suku bunga The Fed dengan menaikkan suku bunga acuan BI7DRR juga. Saat ini, reaksi pasar baik di AS, Asia, termasuk Indonesia masih positif.

Piter mengatakan, porsi asing di pasar keuangan Indonesia tidak lagi sebesar dulu dan sebagian besar adalah investor jangka panjang. Pergerakan suku bunga The Fed juga tidak terlalu direspons oleh investor asing di pasar keuangan indonesia.

"Hal ini sudah ditunjukkan ketika The Fed menaikkan suku bunga beberapa waktu yang lalu, pasar keuangan indonesia masih tetap stabil walaupun BI belum menaikkan suku bunga," katanya.

Namun demikian, menurutnya, jika BI tidak menaikkan suku bunga, maka yield spread antara Indonesia dengan AS akan menyempit. Meskipun tidak banyak modal asing keluar saat ini, tetapi aliran modal masuk diproyeksi akan lebih terbatas.

"Pasar keuangan dan nilai tukar rupiah akan tertekan, dan kalau dibiarkan liar akan membahayakan perekonomian," katanya.

Piter mengatakan, BI seharusnya menaikkan suku bunga walaupun tidak sebesar kenaikan suku bunga The Fed. BI bisa memulai dengan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps atau 50 bps.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement