Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sutanto

Ungkapan Rasa dalam Buku Pejuang Korona

Info Terkini | Wednesday, 15 Jun 2022, 22:46 WIB

Tak dapat dipungkiri, pandemi covid-19 menyisakan duka bagi insan yang terdampak. Ada yang sudah mematuhi prokes secara ketat, namun masih juga terkena. Banyak cerita perjuangan orang yang terdampak maupun keluarganya.

Founder Komunitas Yuk Menulis (KYM) Vitriya Mardiyati, Rabu (15/6/2022) di kediamannya menjelaskan hadirnya korona ternyata membawa banyak dampak, salahsatunya berdampak pada sisi emosional. Saya korona menyapa, perasaan bercampur aduk. Ada rasa takut, cemas, bimbang, sedih kecewa, bahkan rasa lega jika berhasil melewatinya.

“Apapun rasa yang dihasilkan nyatanya hampir semua sama. Kita melewati korona dengan derajat kedekatan dengan Tuhan naik levelnya beberapa tahap,” ungkapnya

Untuk mengabadikan perjuangan tersebut Vitriya mengadakan even membuat buku antologi yang diberi title Memoar Pejuang Korona, Akhirnya Ia Datang diikuti 58 penulis terpilih se Indonesia dari berbagai latarbelakang profesi.

Guru MTsN 3 Bantul, Sutanto menulis judul Hisyam Menyusulku Masuk Shelter, yang menceritakan keluarganya yang terpapar korona termasuk dirinya, ibu dan kedua anaknya Hanif dan Hisyam. Anak yang kedua ini masuk shelter bersamaan dengan ujian akhir kelas 12, sehingga mengerjakan ujian di dalam shelter. Atas kemurahan Allah dapat melewati dengan lancer bahkan akhirnya dapat diteriman di perguruan tinggi tanpa tes.

Guru TK Marsudirini Solo, Bunda Vivin, Colomadu, Karanganyar, mengisahkan tentang suaminya yang terpapar covid tepat saat anak bungsu pulang dari rumah sakit. Anaknya menjalani rawat inap 4 hari karena trombositnya ngedrop.

“Karena terpapar covid suamiku memutuskan untuk isoman di rumah kosong milik kakak ipar. Mengapa? Karena anak kami baru saja pulang dari RS, masih dalam masa pemulihan. Nafsu makan belum pulih, pasti tubuhnya juga rentan. Rencana menengok kakak di Banjarnegara pun batal. Namun demikian, aku bisa belajar banyak hal. Pekerjaan yang dulunya selalu dibantu suami akhirnya dapat kukerjakan sendiri di rumah,” tuturnya.

Tresty Suherti yang mukim di Pamulang Elok Blok P 1 no 23 RT 003/014 Pondok Petir Bojong sari Depok, menuliskan bahwa dirinya terkena wabah korona sebagai OTG bersama anak sulung perempuan yang bekerja di Rumah sakit Medika. Selama 20 hari berdua isolasi mandiri di rumah dan atas karunia Allah SWT diberi kesembuhan dan kekuatan melewati wabah korona.

Guru MTsN 4 Bekasi, ST. Mahmudah, S.Ag, menceritakan bahwa apapun yang kita usahakan kalau sudah kehendak Yang Maha Kuasa sebagai manusia kita tidak bisa menolaknya. Sebagaimana pandemi covid-19 yang bisa menyerang ke siapa saja meskipun sudah berusaha preventif dengan vaksin. Ketika menderita dan terpapar covid-19, perasaan cemas, takut, was-was, bingung, kuatir pokoknya rasa-rasa negatif jadi satu dan ingatnya hanya satu yaitu "berpulang". Sirine ambulans yang kerap terdengar, berita duka di masjid yang sering disiarkan benar-benar menambah rasa mencekam.

Polwan yang berasal dari Klangkapan 2 RT.06 RW.07 Margoluwih Seyegan Sleman DIY, Estikomah, A.md, Kep, SH, M.Psi, mengisahkan bahwa dirinya dan keluarga terpapar covid 19 setelah 2 tahun pandemi Covid 19 melanda dunia. Bersyukur mereka tidak mengalami gangguan kesehatan yang berat. Namun yang menjadi masalah adalah adik kandung dari Makassar bersama keluarganya akan berkunjung ke jogja menemui Sang Ibu setelah 5 tahun tidak bertemu. Seminggu sebelum jadwal kedatangan adik dan keluarga dari makassar, semua keluarga terpapar covid 19.

Gurus SD Lempuyangwangi Yogyakarta, Evi Giasofa, S.Pd, menuliskan kisah berjudul Ikhlasku Bagian dari Kekuatanku. Putrinya sudah tiga hari sakit dan demam menggigil. Dia tak bisa merasakan dan mencium makanan. Di penghujung Juli 2021 setelah Isolasi hari ke-14, menerima surat keterangan bahwa kami dinyatakan sehat.

Aku bersyukur karena cobaan yang kami dapatkan tidak seberat orang lain. Namun, beberapa hikmah dapat kuambil dari peristiwa ini. Pertama, aku bersyukur bisa melewati semuanya dengan ikhlas. Kedua, berserah diri pada ketetapan Allah. Yakin bahwa doa memberi harapan dan meneguhkan hati selalu optimis. Ketiga, mensyukuri segala keadaan dan tetap melakukan kegiatan dengan tetap menjaga kesehatan

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image