Rabu 15 Jun 2022 16:17 WIB

AS Isyaratkan China Bernasib Seperti Rusia Jika Serang Taiwan

Menurutnya, China semakin memperlihatkan keagresifannya terhadap Taipei.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
 Menteri Luar Negeri Antony Blinken berbicara dengan wartawan Senin, 25 April 2022, di Polandia, dekat perbatasan Ukraina, setelah kembali dari perjalanan mereka ke Kyiv, Ukraina, dan bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
Foto: AP/Alex Brandon/Pool AP
Menteri Luar Negeri Antony Blinken berbicara dengan wartawan Senin, 25 April 2022, di Polandia, dekat perbatasan Ukraina, setelah kembali dari perjalanan mereka ke Kyiv, Ukraina, dan bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken memperingatkan China agar melihat respons Barat terhadap Rusia setelah menyerang Ukraina jika Beijing mengambil tindakan serupa ke Taiwan. Menurutnya, China semakin memperlihatkan keagresifannya terhadap Taipei.

“Sayangnya, apa yang telah kita lihat selama 10 tahun terakhir adalah China bertindak lebih represif di dalam negeri serta lebih agresif di luar negeri, termasuk tindakan yang diambilnya terkait Taiwan yang berpotensi berbahaya dan tidak stabil,” kata Blinken dalam sebuah wawancara di PBS NewsHour, Selasa (14/6/2022).

Dia pun memperingatkan seolah China akan bernasib seperti Rusia jika Beijing menyerang Taiwan. “Salah satu hal yang menurut saya harus diperhitungkan China dalam kalkulus apa pun adalah respons yang telah kita lihat terhadap agresi Rusia di Ukraina, dan begitu banyak negara bersatu untuk melawan agresi itu. Keduanya dengan memastikan bahwa Ukraina mendapat dukungan yang dibutuhkan dan juga memastikan bahwa Rusia membayar harga untuk agresi tersebut,” ucapnya.

Sebelumnya Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengecam aktivitas militer China yang provokatif dan tidak stabil di dekat Taiwan. Menurutnya, hal itu menunjukkan “pemaksaan yang meningkat” dari Beijing terhadap Taipei. “Kami telah menyaksikan peningkatan aktivitas militer yang provokatif dan tidak stabil di dekat Taiwan. Itu termasuk pesawat (militer China) yang terbang di dekat Taiwan dalam jumlah rekor selama beberapa bulan terakhir, dan hampir setiap hari,” kata Austin saat berbicara di forum Shangri-La Dialogue di Singapura, Sabtu (11/6) pekan lalu, dikutip laman TRT World.

Austin menegaskan, AS menentang dan mengecam hal tersebut. “Kami dengan tegas menentang setiap perubahan sepihak terhadap status quo dari kedua belah pihak. Kebijakan kami tidak berubah. Sayangnya, itu tampaknya tidak berlaku untuk (China),” ujarnya.

Austin menyampaikan pernyataan demikian sehari setelah melakukan pertemuan dengan Menteri Pertahanan Nasional China Wei Fenghe. Pada Jumat (10/6/2022) pekan lalu, Wei memperingatkan bahwa China siap berperang jika ada pihak yang hendak memisahkan Taiwan dari Beijing. “Jika ada yang berani memisahkan Taiwan dari China, tentara China pasti tidak akan ragu untuk memulai perang, apa pun konsekuensinya,” ujarnya.

China diketahui mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. Namun Taiwan berulang kali menyatakan bahwa ia adalah negara merdeka dengan nama Republik China. Taiwan selalu menyebut bahwa Beijing tidak pernah memerintahnya dan tak berhak berbicara atas namanya. Situasi itu membuat hubungan kedua belah pihak dibekap ketegangan dan berpeluang terseret ke dalam konfrontasi.

AS, walaupun tak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan, mendukung Taipei dalam menghadapi ancaman China. Bulan lalu, Presiden AS Joe Biden bahkan menyatakan bahwa negaranya siap mengerahkan kekuatan jika China menyerang Taiwan. Isu Taiwan menjadi salah satu faktor yang meruncingkan hubungan Beijing dengan Washington. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement