Rabu 15 Jun 2022 11:33 WIB

Serangan China ke Taiwan akan Pukul Perdagangan Global Melebihi Perang Ukraina

Serangan militer China di Taiwan akan memiliki dampak yang lebih besar

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
 Manuver militer Taiwan selama latihan perang Perkotaan di Kaohsiung, Taiwan, 06 Januari 2022. Latihan tersebut mensimulasikan respons militer selama serangan musuh di tengah meningkatnya ketegangan militer antara China dan Taiwan.
Foto: EPA-EFE/RITCHIE B.TONGO
Manuver militer Taiwan selama latihan perang Perkotaan di Kaohsiung, Taiwan, 06 Januari 2022. Latihan tersebut mensimulasikan respons militer selama serangan musuh di tengah meningkatnya ketegangan militer antara China dan Taiwan.

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI - Negosiator perdagangan Taiwan, John Deng menilai serangan militer China di Taiwan akan memiliki dampak yang lebih besar pada arus perdagangan global daripada perang Ukraina. Menurutnya, jika China menyerang Taipei, maka akan menyebabkan kekurangan chip semikonduktor.

Invasi Rusia ke Ukraina pada Februari telah memicu kenaikan harga komoditas dan larangan ekspor makanan, yang menyebabkan kekhawatiran kelaparan di negara-negara miskin. John Deng mengatakan bahwa, jika China menyerang Taiwan, potensi gangguan bisa lebih buruk, mengutip ketergantungan dunia pada Taiwan untuk chip yang digunakan pada kendaraan listrik dan telepon seluler.

"Gangguan pada rantai pasokan internasional; gangguan pada tatanan ekonomi internasional; dan peluang untuk tumbuh akan jauh, jauh (lebih) signifikan daripada yang ini," katanya di sela-sela pertemuan menteri utama Organisasi Perdagangan Dunia di Jenewa.

"Akan ada kekurangan pasokan di seluruh dunia," imbuhnya.

Pemerintah Taipei telah melaporkan tidak ada tanda-tanda serangan China. Namun Taiwan telah meningkatkan tingkat siaganya sejak perang Ukraina dimulai.

Pemerintah China mengatakan ingin kembali menyatukan Taiwan dengan jalan damai. Namun China mencadangkan opsi lain untuk Taiwan yang dianggapnya sebagai provinsi Cona.

Taiwan mendominasi pasar global untuk produksi chip paling canggih dan ekspornya senilai 118 miliar dolar AS tahun lalu. Deng mengatakan dia berharap dapat mengurangi 40 persen pangsa ekspornya yang masuk ke China.

Invasi Rusia adalah pertama kalinya dalam sejarah pengawas perdagangan global bahwa satu anggota WTO telah menginvasi yang lain. Badan tersebut berharap untuk mencapai paket kesepakatan, termasuk keamanan pangan untuk mengurangi pasokan yang tegang, tetapi ketegangan yang ditimbulkan oleh perang dapat membuatnya lebih sulit.

Taiwan berpartisipasi dalam tepuk tangan meriah untuk delegasi WTO Ukraina pada akhir pekan lalu. WTO adalah salah satu dari sedikit organisasi multilateral di mana China dan Taiwan bekerja berdampingan sejak Beijing memblokir partisipasinya di negara lain.

Deng mengatakan pulau itu, yang disebut 'China Taipei' di WTO, didorong oleh negosiasi WTO sejauh ini. Ia juga berusaha untuk menyelesaikan perselisihan tiga tahun yang diajukannya terhadap India mengenai tarif teknologi sebelum keputusan resmi WTO. "Kami bekerja dengan mereka," kata Deng.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement