Selasa 14 Jun 2022 15:52 WIB

Paus Fransiskus Tolak Bedakan Baik dan Buruk dalam Konflik Ukraina

Paus Fransiskus menyerukan agar blokade ekspor gandum dari Ukraina dicabut.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Paus Fransiskus memberikan restunya saat ia membacakan doa zuhur Regina Coeli dari jendela studionya yang menghadap ke Lapangan Santo Petrus, di Vatikan, Ahad, 8 Mei 2022.
Foto: AP/Andrew Medichini
Paus Fransiskus memberikan restunya saat ia membacakan doa zuhur Regina Coeli dari jendela studionya yang menghadap ke Lapangan Santo Petrus, di Vatikan, Ahad, 8 Mei 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN -- Paus Fransiskus kembali memberikan komentar tentang konflik yang sedang berlangsung di Ukraina. Menurutnya, tak ada yang baik atau buruk dalam peperangan di negara tersebut.

Dalam sebuah wawancara dengan editor majalah budaya Jesuit European, Paus Fransiskus ditanya, apakah dia mendukung Presiden Rusia Vladimir Putin. “Tidak, saya tidak mendukung. Saya hanya menentang pengurangan kompleksitas untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk,” jawab Paus Fransiskus, seperti dikutip harian La Stampa, Selasa (14/6/2022).

Baca Juga

Paus Fransiskus berharap dapat bertemu Patriark Kirill dari Gereja Ortodoks Rusia pada September mendatang di Kazakhstan. Awal bulan ini, Paus Fransiskus, tanpa menyebut langsung ke Rusia, menyerukan agar blokade ekspor gandum dari Ukraina dicabut. Dia menekankan, gandum tidak dapat digunakan sebagai “senjata perang”.

“Pemblokiran ekspor gandum dari Ukraina sangat mengkhawatirkan karena kehidupan jutaan orang bergantung padanya, terutama di negara-negara miskin,” kata Paus Fransiskus saat berbicara di hadapan ribuan jemaat yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus, 1 Juni lalu.

Dia mengimbau agar gandum tidak dilibatkan atau digunakan sebagai senjata perang. “Saya mengimbau sepenuh hati agar segala upaya dilakukan untuk mengatasi masalah ini, guna menjamin hak universal atas nutrisi. Silakan! Jangan gunakan gandum, bahan pangan pokok, sebagai senjata perang,” ucapnya.

Bulan lalu, Paus Fransiskus mengatakan, dia telah mengajukan permintaan untuk bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin. Tujuan Paus Fransiskus menemuinya adalah berusaha mengakhiri konflik di Ukraina. “Saya bersedia pergi ke Moskow. Tentu saja, pemimpin Kremlin perlu mengizinkan pembukaan. Kami belum menerima tanggapan dan kami masih bersikeras,” kata Paus Fransiskus dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Italia, Corriere Della Sera, yang diterbitkan pada 3 Mei lalu.

Ada kekhawatiran pada diri Paus Fransiskus bahwa Putin menolak bertemu dengannya. “Saya khawatir Putin tidak dapat dan tidak ingin mengadakan pertemuan ini saat ini. Tapi bagaimana Anda tidak bisa menghentikan begitu banyak kebrutalan?” ucapnya.

Sebelumnya Paus Fransiskus juga sempat mengecam kebrutalan yang terjadi di Mariupol, Ukraina. Menurut dia, kota tersebut telah dihancurkan secara biadab.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement